Terkait hal itu, Ashanty pun membagikan sedikit pemikirannya hingga memberikan sindiran pada pengusaha.
Hal ini dibagikan Ashanty lewat unggahan di Instagram pribadinya, ibu dua anak ini mengatakan soal banyaknya orang yang di-PHK dan tak digaji.
Ia menganggap bahwa para pengusaha beromset triliunan itu serakah dan seolah tak memiliki hati nurani.
Artis cantik ini meminta setidaknya pengusaha memberikan hak para karyawannya setidaknya setengah dari gaji biasanya.
Baca Juga: Masih Ada Kesempatan, Pelangan Listrik 1300 VA & 900 VA Mungkin Diperpanjang, Begini Cara Daftarnya!
"Perusahaan besar2, omset trilyunan.. sebulan Corona tutup!! PHK ribuan bahkan jutaan pegawai.. memang secara bisnis mungkin yg sy pelajari, kl tidak bertahan dan omset drop harus begitu!! Tapi ini kan musibah buat semua, terutama orang susah.. kl secara hati nurani, bisa kali yahh digaji aja pegawainya misal 50-70% kalo memang ditutup!! kelurin dl lah uang tabungan owner2.. toh mereka mau cari kerja dimana????? Ditengah Corona begini.. bisnis anda hanya kacau, tapi hidup tetep bahagia, tabungan tetep sampe 7turunan.. sedangkan, manusia2 yg ngga kerja yg di Phk ini lebih kacau (emoji) harus mikir besok masak apa? Sekolah anak gimana? Bayar kontrakan gimana?" tulis Ashanty di Instagramnya.
Pasalnya, di saat seperti ini jelas tak ada yang mau menampung atau mempekerjakan orang yang di-PHK.
"Semoga kita semua masih punya hati nurani, bukan hanya untung atau rugi berbisnis (emoji) semoga kebaca dan terketuk pintu hatinya (emoji)," tambahnya.
Pendapat Ashanty ini pun mendapat banyak dukungan dari para selebriti lain.
Mulai dari Kartika Putri, Fitri Salhuteru, hingga Alvin Adam sekalipun memberikan dukungan atas apa yang disampaikan Ashanty.
"Akhirnya ada yg speak up juga bunda.. aku mau speak up tp kan blm punya usaha jd takut dibilang sotoy.. untung bertahun tahun berlipat lipat gaji karyawan tetap rugi itungan bulan phk.. terlalu serakah (emoji)," ujar @kartikaputriworld.
Source | : | |
Penulis | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Editor | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Komentar