Baca Juga: Hanya Dengan Modal KTP Pelaku UMKM Bisa Dapat Rp2.55 Juta
"Oke sebelum-sebelumnya putus yang bikin nyambung lagi apa?" tanya Irfan Hakim.
"Masih cinta," sahut Dinar.
Meski sering putus lalu nyambung lagi, untuk perpisahan kali ini Dinar Candy terlalu berat untuk kembali.
Saat pesan Ridho Ilahi kembali dibacakan Irfan Hakim, Dinar Candy menangis.
Ia merasa lelah menjalin hubungan yang terlalu sering bertengkar.
"Kayak balik lagi ke situ balik lagi ke situ, akunya capek. Aku butuh waktu sendiri buat berfikir karena terlalu dalem terus berantem kan sakit banget," ujar Dinar Candy sambil menangis.
Ia juga sedih, hubungan yang sudah di tahap perkenalan kedua keluarga itu harus diwarnai pertengkaran.
"Kalau berantem lagi dengan hal sepele, kayak kemarin disangka dia ada orang ketiga, orang ketiga gimana orang ada dia," jelasnya lagi.
Dinar selalu mengajak Ridho untuk meeting agar tak disangka kerja aneh-aneh oleh kekasih.
Baca Juga: Hanya Dengan Modal KTP Pelaku UMKM Bisa Dapat Rp2.55 Juta
Namun akhir-akhir ini, Ridho selalu berlebihan dalam semua hal.
"Kok dia sekarang gitu, agak berlebihlah, Dia cemburunya besar" lanjutnya.
Dinar lalu mengakui jika Ridho mulai berubah, nada bicara sang kekasih mulai tinggi yang membuat dia mundur.
"Mukul?" tanya Irfan Hakim.
"Enggaklah A', kok sekarang dia begini ke aku gitu," jawab Dinar.
"Kalimat?" cecar Irfan Hakim.
"Agak sedikit ngebentak gitu," sahut Dinar.
"Mutusinnya di mobil aku, sambil teriak terus pergi. Emosi sesaat," Jelas Dinar.
Dinar lalu mengaku lelah dan malu menjalin hubungan yang sudah diumbar ke publik justru berakhir.
"Pelajaran buat aku, kalo udah mau ke jenjang pernikahan, aku nggak mau konten lagi," tegas Dinar Candy sambil menangis.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Dinar Candy Ungkap Alasan Putus dari Ridho Illahi, Sebut Sang Kekasih Mulai Berubah
Baca Juga: Angelina Sondakh Bebas Hari Ini, Keanu Massaid Ungkap Akan Segera Lakukan Hal Ini Bersama Sang Ibu
Source | : | tribunseleb |
Penulis | : | Idam Rosyda |
Editor | : | Nindy Nurry Pangesti |
Komentar