Remaja putri di desa itu didorong untuk menemukan orang atau pria yang tepat untuk dinikahinya melalui hubungan badan sebelum menikah.
Perempuan Suku Kreung mengambil inisiatif untuk mengajak pria tinggal disebut sebagai "gubuk cinta".
Gubuk dari kayu ini dibuat oleh orang tua si gadis untuk menemukan calon suami.
Untuk memahami hal itu, Fiona melakukan wawancara dengan Gaham, seorang pemilik gubuk cinta.
Gaham mengatakan:
"Sebelumnya kami tinggal di rumah yang sempit sehingga kami bisa membuka hati kami, tetapi kami memiliki pondok kami sendiri jadi kami bisa saling membuka diri," kata Gaham.
"Tinggal di gubuk pada malam hari sangat gelap dan sunyi, jadi suasananya sangat romantis," jelasnya.
Ibu Gaham, bernama Kampan mendukung adanya gubuk cinta itu.