Find Us On Social Media :

Kerap Terjadi, Inilah 6 Penyebab Kematian Mendadak Selain Serangan Jantung Seperti yang Dialami Ashraf Sinclair

Ashraf Sinclair

GridFame.id - Hari ini kabar duka menyelimuti dunia hiburan Tanah Air.

Pasalnya aktor sekaligus suami dari Bunga Citra Lestari, Ashraf Sinclair dikabarkan meninggal dunia.

Kematian ayah satu anak ini diduga karena serangan jantung.

Baca Juga: Baru Datang dari Malaysia, Ibunda Ashraf Sinclair Menangis Kencang dan Berteriak: 'Anak Saya Dimana?'

Selain serangan jantung rupanya ada 6 penyebab kematian mendadak lainnya yang sering terjadi di masyarakat, apa saja?

Opini yang terbentuk selama ini di masyarakat, mati mendadak identik dengan penyakit jantung koroner (PJK).

Anggapan tersebut bisa jadi benar. Namun, keliru jika orang menilai mati mendadak disebabkan oleh penyakit jantung koroner.

Pandangan yang lebih tepat yakni kebanyakan orang yang mati mendadak adalah penderita penyakit jantung koroner.

Oleh sebab itu, mati mendadak perlu mendapat penjelaskan yang tepat.

Melansir Buku Mengungkap Pengobatan Penyakit Jantung Koroner; Kesaksian Serang Ahli Jantung dan Ahli Obat (2008) karya Prof. Dr. Peter Kabo, mati mendadak dapat didefinisikan sebagai kematian yang terjadi tiba-tiba, yaitu dalam satu jam, bisa terjadi dengan gejala atau tanpa gejala.

Baca Juga: Baru Pesan Tadi Pagi, BCL Langsung Pesan Makam Berdampingan dengan Ashraf Sinclair

Mati mendadak dapat disebabkan karena penyakit jantung atau bukan karena penyakit jantung.

Berikut ini beberapa penyakit yang dapat menyebabkan mati mendadak yang tidak ada kaitannya dengan jantung:

1. Epilepsi atau ayan

2. Emboli paru atau gumpalan darah yang menyumbat arteri paru-paru

3. Stroke

4. Keracunan obat-obatan

5. Diseksi aorta atau kondisi serius berupa robeknya lapisan dalam pembuluh darah aorta

6. Sleep apnea

Baca Juga: Ayudia Bing Slamet Dapat Senyum & Wejangan dari BCL Saat Melayat yang Bikin Terdiam: 'Kita Gak Pernah Tahu'

Sedangkan mati mendadak yang disebabkan penyakit jantung selain penyakit jantung koroner, yakni:

- Apa yang disebut sudden arrhythmia death syndrome seperti Brugada syndrome

- Long QT-syndrome yang merupakan penyakit keturunan dengan kelainan sistem konduksi jantung yang biasanya terjadi pada laki-laki usia 40-an.

Kematian seperti itu juga sudah dikenal di berbagai negara lain, misalnya saja di Jepang dikenal dngan istilah Pakkuri, di Filipina dikenal sebagai Bagungut, sedangkan di Thailand dikenal sebagai Laytai.

Sementara di Jawa mungkin lebih dikenal dengan sebutan angin duduk.

Dengan demikian, Prof. Dr. Peter Kabo, menyampaikan sudah jelas bahwa penyebab mati mendadak bukan merupakan monopoli penyakit jantung koroner.

Baca Juga: Kenangan Manis Seputar Kisah Asmara BCL dan Ashraf Sinclair Hingga Maut Memisahkan

- Kematian mendadak saat olahraga

Mati mendadak juga bisa dialami oleh siapa saja atau olahragawan yang sedang melakukan latian berat.

Hal itu kemungkinan terjadi karena mereka memiliki arteri koroner yang abnormal.

Kondisi ini perlu diwaspadai terutama pada:

1. Penderita darah tinggi atau hipertensi

2. Peradangan otot jantung (miokarditis)

3. Gagal jantung

Bahkan, menurut Prof. Dr. Peter Kabo, ada laporan yang menunjukkan 50 persen pasien gagal jantung dapat mengalami kematian mendadak.

Konsumsi banyak obat diketahui juga dapat menimbulkan gangguan irama jantung dan yang berat dapat berakhir dengan mati mendadak.

Baca Juga: Suami BCL Meninggal Setelah Jadi Juri, Pihak Indonesian Idol Ungkapkan Belasungkawa Pada Ashraf Sinclair

- Kematian penderita PJK lebih banyak tidak mendadak

Berdasarkan laporan oleh Escobedo dan Zack di majalan Circulation pada tahun 1996, dijelaskan bahwa kematian penderita penyakit jantung koroner lebih banyak terjadi tidak secara mendadak dan jarang terjadi di rumah.

PJK yang mati mendadak biasanya ada predisposisi genetik atau ketegangan genetik.

Jadi, persepsi masyarakat terhadap mati mendadak, terutama pada anak muda, semuanya disebabkan oleh penyakit jantung koner tidaklah tepat.

Apabila hal ini terus berlanjut, dikhawatirkan akan mendatangkan konsekuensi yang kurang baik dalam pemahaman masyarakat terhadap kesehatan secara umum.

Di mana, ketakutan yang berlebihan terhadap PJK dapat mengakibatkan reaksi yang tidak proporsional. Pada saatnya, perasaan itu bisa memicu tindan preventif yang berlebihan dan irasional.

- Pemeriksaan kesehatan jantung

Melansir Buku Cintailah Jantung Kita: Mencegah Serangan Jantung (2016) karya I Wayan Wita, pemeriksaan paling sederhana yang dapat dilakukan oleh dokter untuk mendeteksi penyakit jantung, yakni dengan pemeriksaan fisik.

Baca Juga: Anne Avantie Ceritakan Kisah Dibalik Kebaya Pernikahan BCL dan Ashraf Sinclair, 'Baju Akad BCL Tiba-tiba Hilang'

Di mana, dokter akan mulai melihat (inspeksi), menyentuh (palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan suara jantung (auskultasi).

Alat bantu utamanya, yakni stetoskop.

Dari pemeriksaan tersebut, dokter kemungkinan dapat menentukan apakah jantung pasien mengalami pembengkakan atau terjadi gangguan pada katup jantung.

Di samping pemeriksaan fisik, dokter biasanya juga membutuhkan pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan diagnosis.

Pemeriksan tersebut antara lain dapat berupa:

1. Sinar X atau rontgen dada

2. Rekam listrik jantung atau elektrokardiografi (EKG) 3. Ultrasonografi (USG) jantung

4. Uji latih jantung dengan treadmill atau sepeda statis 5. Penyadapan jantung (angiografi koroner)

Baca Juga: Akan Dimakamkan, Reza Rahadian Ikut Angkat Keranda Ashraf Sinclair

Pemeriksaan tersebut bakal dilakukan apabila terdapat indikasi yang dapat diketahui dari keluhan gejala yang mungkin pasien rasakan, seperti:

- Nyeri dada Berdebar-debar

- Sesak napas

- Kedua kaki bengkak

- Cepat lelah saat beraktivitas berat maupun ringan