Kementerian Luar Negeri China membalasnya pada Jumat (20/3/2020), mengatakan bahwa AS berusaha "mengalihkan kesalahan" atas pandemi ini.
Para analis mengatakan pertikaian ini membuat China punya keuntungan untuk memposisikan dirinya sebagai pemimpin global alternatif, ketika AS sedang berjuang melawan virus di wilayahnya.
"Sekarang dengan pemerintah AS yang dipimpin Trump gagal memberi respons internasional yang bermakna, dan Uni Eropa sibuk dengan respons nasionalnya, China punya kesempatan mengisi tempat yang kosong."
Pendapat ini diutarakan oleh Marina Rudyak, seorang pakar bantuan luar negeri China di Universitas Heidelberg, Jerman.
Dengan melakukan pendekatan ini, China mencoba untuk menulis ulang narasi Covid-19, dan menangkis kritik yang mengarah ke transparansi informasi wabah.
"Kini, China menjelma jadi penyelamat negara-negara lain, yang entah menunda responss atau kurang siap daripada China," lanjut Rudyak dikutip dari AFP.
Presiden Xi Jinping telah menjanjikan bantuan pada Italia dan Spanyol, dua negara di Eropa dengan dampak terparah akibat virus corona.