Find Us On Social Media :

Negara ini Ancam Penjarakan Rakyatnya yang Berani Ucap 'Virus Corona' di Depan Umum! Kok Bisa?

Ilustrasi penangkapan buronan

GridFame.id - Setiap negara memang memiliki cara berbeda-beda dalam melawan wabah Covid-19.

Banyak negara yang memberlakukan sistem lockdown sehingga persebaran virus corona tak makin meluas.

Dilansir dari Aljazeera.com, kurang lebih ada 180 negara di dunia yang telah terpapar Covid-19.

Walaupun demikian, beberapa negara mengabarkan bahwa kasus Covid-19 belum terdeteksi di negaranya, salah satunya adalah Turkmenistan.

Baca Juga: Untuk Pertama Kalinya, Jokowi Ungkap Alasan Tak Berlakukan Lockdown: 'Lockdown Itu Apa Sih?'

Dilansir dari Businessinsider.sg pada Rabu (1/4/2020), pemerintah Turkmenistan mengumumkan tak ada kasus Covid-19 walaupun negara tetangganya sudah terinfeksi.

Turkmenistan merupakan negara di Asia Tengah yang tertutup.

Selain itu, pemerintah Turkmenistan juga tak warganya panik dengan persebaran Covid-19.

Pemerintah bahkan menghapus informasi tentang virus corona di yang ada di beberapa rumah sakit dan sekolah.

Pemerintah Turkmenistan bahkan melarang kata virus corona atau resminya 'SARS-Cov-2' diucapkan.

Tak hanya itu, media maupun jurnal kesehatan tak boleh menggunakan kata tersebut.

Baca Juga: KABAR BAIK! Masyarakat Tak Akan Dilarang Mudik, Asal Ikuti Syarat Ini

Dilansir dari Daily Mirror melalui Kompas.com, pemerintah Turkmenistan juga melarang penduduknya dilaraang menggunakan masker ketika keluar rumah.

Pemerintah bahkan membuaft kebijakan untuk setiap orang yang sengaja mendiskusikan tentang Covid-19 akan berakhir di penjara.

Harian Turkmenistan Chronicle yang membahas tentang Covid-19 bahkan tidak bisa diakses di negaranya.

Pihak kementrian pun bahkan tidak diperbolehkan membahas pandemi yang telah menewaskan lebih dari 40 ribu orang di seluruh dunia.

Kepala Jurnalis Lintas Batas Wilayah Eropa Timur dan Asia Tengah, Jeanne Cavelier mengungkap bahwa upaya pemerintah Turkmenistan sangatlah ekstrem.

Negara ini dipimpin oleh presiden yang otoriter, Gurbanguly Berdymukhammedov yang memilih membumi hanguskan kata Covid-19.

Jeanne menganggap bahwa penutupan arus informasi ini malah membahayakan warganya.

Baca Juga: Banyak Jenazah Pasien Covid-19 Ditolak Warga, dr. Tirta Akui Dirinya Tak Habis Pikir: 'Kita Indonesia!'

Informasi tentang virus corona dianggap sensitif bagi rakyatnya.

Kemungkinan hal ini dibuat agar tak menimbulkan kecemasan.

Setiap masyarakat yang ingin mendapatkan informasi tentang Covid-19 hanya boleh didapatkan oleh orang-orang yang memiliki tanda pengenal.