Find Us On Social Media :

8 Hari Tak Ada Kasus Baru Covid-19 Hingga Sudahi Social Distancing, Faktanya Kucing Hitam Laris Diburu & Dikonsumsi di Vietnam Karena Diyakini Sebagai Obat Virus Corona

Kucing hitam diburu di Vietnam karena dipercaya jadi obat corona

GridFame.id - Vietnam kini resmi menyudahi peraturan social distancing.

Bahkan, bangkitnya Vietnam melawan pandemi virus corona juga menjadi trending di Twitter.

Menilik akun Instagram @hanoicapital memang mengumumkan kabar baik soal pulihnya pasien Covid-19 di Vietnam.

Baca Juga: Kabar Buruk, Obat yang Digadang-gadang Bisa Menyembuhkan Virus Corona Justru Gagal Diujicoba Pada Manusia

Dalam unggahan tersebut mengunggah potret suasana sebuah jalan di Vietnam yang sepi.

Tak hanya itu saja, akun tersebut juga mengumumkan kabar bahagia bahwa masa social distancing di Vietnam sudah berakhir.

"Today, Hanoi social distancing has ended (Hari ini, pembatasan sosial di Hanoi sudah berakhir)," tulis @hanoicapital.

Tak hanya itu saja, keputusan tersebut diambil usai 8 hari tidak ditemukannya kasus penularan Covid-19.

"Today, Vietnam has recorded no new Covid-19 case for 8 days in a row (Hari ini, Vietnam tidak mencatat kasus Covid-19 baru selama 8 hari berturut-turut)," tulis keterangan dalam akun @hanoicapital Kamis (23/4/2020).

Dijelaskan pula dalam unggahan Instagram story @hanoicapital, bahwa terhitung Kamis (23/4/2020) tercatat ada 268 pasien positif corona, kemudian 244 pasien positif corona yang berhasil sembuh.

Baca Juga: Pertama di Solo, Ditemukan Kasus 2 Anak yang Positif Terinfeksi Covid-19, Diduga Tertular Karena Ini

Dan perlu digaris bawahi kalau Vietnam tidak melaporkan adanya kasus kematian warganya lantaran Covid-19.

Salah satu obat yang diyakini oleh orang Vietnam ternyata cukup mengejutkan, karena mereka percaya kucing bisa menjadi obat virus corona.

Melansir Daily Star pada Kamis (24/4/2020), kucing hitam kini menjadi buruan di Vietnam karena diyakini tubuh mereka bisa menjadi obat virus corona, lapor sebuah badan amal di Vietnam.

Kelompok No To Dog Meat itu menyelidiki, di negara Asia Tenggara itu mengatakan mereka mengonsumsinya dengan cara tak biasa.

Kucing direbus, kemudian dimasak, lalu diubah menjadi pasta yang diklaim sebagai ramuan penyembuh virus corona.

Dikatakan praktik ini berpusat di sekitar Hanoi, hingga kucing juga dijual secara online.

Baca Juga: Tak Sembuh 100 Persen, China Kembali Umumkan Lockdown Setelah Tes Corona 4.000 Orang!

Pedagang mengatakan, kucing hitam merupakan daftar solusi yang bisa mereka konsumsi sebagai ramuan.

Sebuah foto menujukkan bahwa bayi juga sudah diberikan campuaran ramuan ini dalam makananya.

Badan aman yang membongkar kekejaman pada hewan itu, menemukan deretan kucing yang mati dijemur setelah disembelih.

Rekaman menyedihkan lainnya adalah, seekor kucing hidup di dalam kantung yang diletakkan di panci masak dengan air mendidih di tuangkan di atasnya.

Julia de Cadenet yang mendirikan badan amal ini, langsung mengkampanyekan perhentian perdagangan satwa liar, termasuk daging anjing dan kucing.

Dia mengatakan, "orang-orang seluruh dunia dapat mengerti ketakutan Covid-19, tetapi kekejaman terhadap hewan yang dilakukan orang-orang Vietnam ini tidak bisa dibiarkan."

"Tidak ada bukti apapun, bahwa makan kucing bisa menyembuhkan dari virus corona, kalaupun ada itu tidak manusiawi ini tingkat kekejaman yang tidak bisa diterima," katanya.

"Di China virus muncul dan menyebar ke hewan peliharaan, banyak pihak berwenang menangkap dan membunuh hewan tersebut," jelasnya.

Baca Juga: Gara-gara Virus Corona, PBB Sebut Akan Datang Bencana Besar di Muka Bumi: 'Seperti Kisah Alkitab'

"Pandemi ini seharusnya tidak dijadikan alasan untuk menyakiti hewan-hewan tak berdaya demi mencari perlindungan dari virus corona," tambahnya.

"Obat yang dibuat dengan menggiling kucing, kemudian dimasak menjadi pasta dan diberikan kepada penderita, ini tidak masuk akal aku harap mereka ditangkap," paparnya.

Julia berkali-kali mengatakan pada PBB bahwa daging anjing dan kucing tidak bersih dan bisa menyebabkan krisis kesehatan global.

Dia menambahkan, "Mereka menyadari menyembelih hewan di pasar seperti di China itu tidak sehat, khususnya konsumsi terhadap satwa liar dan spesies yang terancam punah."