"Kekhawatiran saya adalah, data yang dikirim ke server bisa dengan mudah dikorelasikan ke pengguna," jelas Cirlig.
Sementara itu Xiaomi memberikan taggapan bahwa tudingan itu tidak benar, Xiaomi sepenuhnya mentaati hukum dan regulasi setempat terkait dengan privasi.
Meski demikian, Juru Bicara Xiaomi menjelaskan pihaknya memang mengumpulkan data browsing, namun informasi yang direkam bersifat anonim sehingga tidak bisa dikaitkan dengan pengguna tertentu.
Seperti yang dikemukakan oleh Cirlig dan Tierney, data pengguna yang dikumpulkan bukan hanya berasal dari situs atau pencarian di internet saja, melainkan turut mencakup informasi dari ponsel, termasuk nomor identitas perangkat dan versi OS Android.
Cirlig belakangan juga menemukan bahwa aplikasi music player di ponsel Xiaomi diam-diam juga mengumpulkan data tentang kebiasaannya mendengar lagu, apa saja yang diputar dan kapan.
Dia juga curiga pola penggunaan aplikasinya ikut dipantau karena ponsel Xiaomi miliknya mengirim informasi ke server tiap kali Cirlig membuka aplikasi. Forbes mengatakan Xiaomi tidak merespon ketika ditanyai soal ini.
Baik Cirlig maupun Tierney menyebut bahwa perilaku browser Xiaomi lebih invasif dibandingkan peramban lain macam Apple Safari atau Google Chrome.
"Kebanyakan (browser) juga mengumpulkan data analitik, tapi bentuknya berupa informasi penggunaan atau crash, bukan perilaku pengguna atau alamat URL tanpa persetujuan pengguna dan masih direkam walaupun dalam mode privat," ujar Tierney.