Peneliti memperhitungkan faktor-faktor seperti kelembapan, penguapan, kekuatan di mana tetesan tersebar, dan bagaimana molekul air liur berinteraksi dengan udara.
Berdasarkan simulasi tersebut, didapatkan perhitungan bahwa dengan kecepatan pergerakan angin 4 kilometer per jam, maka droplet yang dikeluarkan lewat batuk bisa terbang hingga 6 meter hanya dalam 5 detik.
"Hal ini sangat penting karena menyangkut pedoman menjaga jarak untuk kesehatan dan keamanan, dapat meningkatkan pemahanan tentang penyebaran dan penularan penyakit melalui udara, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan," ujar Drikakis.
Meski demikian, para ilmuwan lainnya berpendapat, pergerakan droplet yang bisa terbang hingga 6 meter belum tentu berlaku pada kasus penularan virus corona penyebab Covid-19.
Sebab, mungkin ada variabel lain dan faktor lingkungan yang berkaitan dengan virus corona baru, yang tidak sepenuhnya diperhitungkan dalam penelitian lewat model komputer ini.
Penelitian hanya memperlihatkan bagaimana droplet bergerak di udara ketika seseorang batuk.
Namun, tidak jelas seberapa tinggi “viral load” pada droplet tersebut, terutama ketika sudah mencapai 6 meter dari orang yang terinfeksi.