"Dari Pak Jokowi tidak dapat, soalnya data saya tidak lengkap. Ibu sama bapak nikah siri, KK dan akte tidak ada. Itu dari majikan dan orang kompleks. Karena banyak dan mubazir, ya sudah saya jual," ungkap dia.
Selama ini, Novi harus bekerja di usia masih 16 tahun untuk hidupnya dan ibunya.
Pasalnya, ia mengaku ditinggal pergi ayahnya. Sementara sang ibu mengalami sakit yang harus banyak beristirahat. "Ditinggal sama bapak dari umur saya 4 tahun.
Saya berhenti sekolah dari kelas 2 SMP karena orangtua sudah sakit-sakitan," katanya.
Novi harus membiayai hidup ibunya, termasuk dari hasil menjadi asisten rumah tangga dengan penghasilan Rp 1.400.000 per bulan.
"Setelah saya bayar kontrakan Rp 600.000, sisanya sedikit buat hidup dan saya transfer ke ibu. Untuk makan, kadang saya dikasih majikan, kadang beli dan masak. Termasuk jual sembako itu buat tambahan transfer ibu," katanya.
Meski demikian, Novi mengakui langkahnya menjual sembako melalui Facebook direspons negatif banyak warganet.
Ia dirundung hingga dihujat. Ia pun meminta maaf apa yang dilakukannya telah membuat kegaduhan.
"Saya cuma mau minta maaf saja, mungkin kan ada kesalahpahaman. Karena mereka kira saya dapat dari pemerintah terus mau dijual, padahal kenyataan tidak seperti itu," ujar Novi.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kak Seto Akan Beri Fasilitas Pendidikan Anak yang Jual Bansos di Serpong".