Bagi wanita obesitas, risiko kanker payudara tampaknya tidak akan terpengaruh oleh penggunaan hormon.
Di antara wanita dengan payudara yang sangat padat, mereka yang mengambil terapi hormon mengalami 40 persen peningkatan risiko kanker payudara dibandingkan mereka yang tidak mengambil terapi hormon, demikian menurut penelitian ini.
Kepadatan payudara tinggi berarti payudara terdiri dari jaringan ikat lebih, relatif terhadap jumlah jaringan lemak.
Efek dari terapi hormon muncul bergantung pada ras.
Pada kalangan wanita kulit putih dan Hispanik dalam penelitian ini yang menggunakan terapi hormon lebih dari 20 persennya mengalami peningkatan risiko kanker payudara, dibandingkan dengan yang tidak mengambil terapi hormon.
Namun terapi hormon ini tidak meningkatkan risiko kanker payudara pada wanita kulit hitam.
Wanita kulit hitam, wanita gemuk, dan wanita dengan jaringan payudara yang sebagian besarnya terdiri dari lemak, dapat mengambil manfaat dari penggunaan terapi hormon dengan risiko kanker payudara lebih minimal, demikian tulis para peneliti di University of Chicago, dalam Journal of National Cancer Institute.
Sejalan dengan temuan sebelumnya, ditemukan adanya hubungan antara penggunaan terapi hormon dengan risiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker payudara.
Rata-rata 578 dari 10.000 wanita yang menggunakan terapi hormon mengembangkan kanker payudara, dibandingkan dengan 546 dari 10.000 wanita yang tidak menggunakan terapi hormon.
Sayangnya, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan.
Misalnya, penelitian ini tidak melihat jenis terapi hormon wanita yang digunakan, serta untuk berapa lama pemakaian.