GridFame.id - Sudah memasuki 9 bulan pandemi virus corona melanda negeri ini.
Belakangan Provinsi Jawa Tengah mendadak jadi sorotan karena lonjakan kasusnya.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, lonjakan itu sudah terjadi sejak pertengahan November 2020. Semisal pada 13 November 2020, ada 1.362 kasus baru. Lonjakan kembali terjadi pada Minggu (29/11/2020) dengan adanya penambahan pasien Covid-19 sebanyak 2.036.
Tidak hanya itu, dalam data yang dikeluarkan pada 24 November 2020, Jawa Tengah disebut punya kasus aktif terbesar di Indonesia, sebanyak 10.464 kasus.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tidak membantah ada lonjakan pasien Covid-19, apalagi setelah libur panjang akhir Oktober 2020 dan semakin banyaknya orang yang diperiksa sampel swab-nya.
Namun, lonjakan itu disebut Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tidak sebesar yang dilaporkan Kementerian Kesehatan.
Saat Kementerian Kesehatan melaporkan kasus aktif di Jawa Tengah sebesar 10.464, Ganjar menyebut jumlah kasus orang terjangkit virus corona di provinsinya hanya 7.463.
Sedangkan saat penambahan kasus harian dilaporkan sebesar 2.036, disebut sebenarnya hanya bertambah 844 kasus.
Soal kasus aktif tertinggi, Ganjar mengatakan, hal itu terjadi karena keterlambatan input data.
Ganjar menduga, delay data itu disebabkan proses input data tidak dilakukan melalui satu sistem.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyebut kenaikan kasus Covid-19 di Jateng disebabkan karena dampak libur panjang Oktober lalu.
Selain itu, faktor ketidakdisiplinan masyarakat terkait penerapan protokol kesehatan juga menjadi penyebab kenaikan kasus Covid-19 di Jateng.
"Indikasinya (kenaikan kasus) apa? Ya liburan, mereka pergi ke banyak tempat. Indikasi berikutnya tidak disiplin, maka akan disiplinkan," jelas Ganjar, Selasa (1/12/2020).
Guna mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19, pihaknya tengah mempersiapkan penambahan ruang isolasi dan ICU.
Sebab, tingkat keterisian ruang isolasi di Jateng hingga kini sudah melebihi 60 persen.
"Untuk persentasenya ICU 58,61 persen, isolasi 76,73 persen. Hitungannya kalau sudah lebih 60 persen mesti siap-siap. Untuk ICU masih cukup, untuk isolasi sudah perlu ditambah," ucapnya.
Di samping itu, pihaknya akan memaksimalkan fasilitas yang ada termasuk memanfaatkan hotel sebagai tempat isolasi hingga rumah sakit darurat sebagai skenario terakhir.
"Tambah dulu tempat tidur untuk ICU sama isolasi baik di rumah sakit atau yang mandiri. Untuk yang mandiri karena banyak yang di rumah tidak nyaman sekarang siapkan. Hotel yang siap ya siapkan, nanti kita bayar. Isolasi di sana kan (hotel) nyaman, beda kalau di stadion," ujarnya.
Kendati demikian, Ganjar memastikan kapasitas ruang isolasi masih mencukupi.
"Saya lihat ruangnya masih cukup. Badan Diklat yang ada di provinsi di Semarang hanya terisi 11. Jadi masih punya untuk isolasi," ujarnya.
Selain itu, pelayanan rumah sakit yang menangani pasien non-Covid-19 bisa difungsikan untuk penanganan Covid-19.
"Kalau mereka yang sakit non-covid kita minta untuk datang ke rumah sakit non-pemerintah," pungkasnya.
Baca Juga: Ramai Peringatan Soal Saldo Kartu Prakerja, Haruskah Dihabiskan? Segera Lakukan Ini Agar Tak Hangus
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ganjar Ungkap 2 Penyebab Kenaikan Kasus Covid-19 di Jateng".