"Pas gue SMP gue masuk SMP 5 Bandung bayangin aja dulu uang sekolahnya cuma 3500 sedangkan waktu gue SD uang sekolahnya 50 ribu," tambahnya.
Bukan hanya uang saku yang berbeda jauh, Raffi juga harus belajar berangkat dan pulang sekolah sendiri dengan angkutan umum.
"Dulu waktu gue di SMP 5 pas gue pulang sekolah gue dijemput pakai mobil BMW, gue inget banget mobilnya bokap," tutur Raffi.
"Terus temen gue, 'Gue pulang dulu ya', 'eh lu kemana', 'saya ke sana jalan kaki naik angkot', ada anak guru naik becak, dari situ gue mulai 'Mah nggak usah jemput-jemput lagi', dari situ gue mulai tu ngerasain mau pulang bareng sama mereka," jelasnya.
Alih-alih terpuruk karena keadaan ekonomi keluarga, Raffi justru membuktikan ia bisa jadi anak sulung yang diandalkan keluarga.
Kini kesuksesannya berhasil membuat sang mama dan adik-adiknya hidup nyaman dan bergelimang harta.
Sementara itu, ia justru diam-diam memikirkan nasib anaknya yang sejak lahir sudah hidup sebagai anak sultan
"Sekarang gue ngerasain Rafathar udah serba enak, gue juga mikirin caranya dirinya untuk bisa survive sebagai laki-laki jangan berdiri sebagai Rafathar anak Raffi Ahmad," ungkap Raffi.
"Lu nggak usah khawatir menurut gue, karena pasti Rafathar melihat perjuangan lu, pasti dia berpikir Pi," timpal Sule menenangkan.