"Tiap hari (ibu) jalan, mungkin pulang pergi 10 kilometer, dipundaknya bawa karung dipundaknya. Aku ikutin dari belakang," jelasnya.
Tangis Sulis pecah seketika saat mengenang perjuangan orangtua membesarkan dirinya dan kakak-kakaknya.
Apalagi sang mama yang selalu berusaha membuat anak-anaknya bisa merasakan kebahagiaan seperti orang lain.
"Jadi mamaku kepingin anaknya makan buah. Jadi, mamaku ke pasar. Dia datang ke satu tukang buah itu ada buah yang setengah busuk, ditungguin sama mama, dibeli," ungkap Sulis sampai menangis sesenggukan.
Terlahir dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi membuat Sulis juga kerap dihina para tetangganya.
"Allah mengangkat derajat keluargaku yang dulunya dihina, 'kalau suka nonton TV beli TV dong, enggak mampu ya beli TV'. Kalimat-kalimat kayak gitu melekat banget di hati aku," ungkap Sulis.
"Tapi sekarang kak Mel, sekarang keadaan kayak gini semua ngaku saudara, semuanya ngaku sahabat," sambungnya.