"Tengah malam buta, 'Danny, bukan pintu!', 'di mana lu, Nek?'. Nginep di rumah dia. Ceritakan riwayat hidup kita," ujar Syahrini.
"Yang mi kornet itu, ya?" tanya Danny.
"Dulu gue, diumuran segitu gue nggak worry tuh, sama elu jam dua jam tiga makan mi kornet.
Sekarang gue nggak makan nasi sengsara deh, hidup gue, Danny.
Makan setitik gue kayak babi langsung," keluh Syahrini sambil memperlihatkan bekalnya yang hanya tahu Sumedang.
"Almarhum papa tuh, paling percaya sama elu! Kalau udah dengar suara lu, 'pa, ini aku di rumah Danny mau nginep', padahal elu lelaki, tapi boleh, kenapa, ya?" tanya Syahrini heran.
"Kan kita juga tidurnya pisah dan ada keluarga Danny juga," sahut Rani.
"Iya, maksudnya namanya temen lelaki, benar nggak, Rani? Teman bukan perempuan, lelaki kok, boleh almarhum tuh, punya feeling, kan.
Kumaha Danny kalau lagi nelepon, Teh? Padahal lagi dandan, mau pergi malam acaranya anak muda," ujar Syahrini sambil berjoget.
"'Pa, pergi sama Danny', 'oh gitu, mana Danny? Sini ngomong' gitu.