“Berdasarkan monitoring terhadap perkembangan terbaru dari data suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur, menunjukkan bahwa saat ini terjadi suhu anomali muka air laiut,” ujarnya .
Ia mengatakan, anomali telah melewati ambang batas La Nina, yakni sebesar -0,61 pada Dasarian I Oktober 2021.
Kondisi tersebut juga diungkap akan terus berkembang, sehingga diperlukan persiapan dalam menyambut datangnya La Nina 2021/2022.
Seperti diketahui, La Nina merupakan anomali sistem global yang cukup sering terjadi dengan periode ulang berkisar anatara 2 samapi 7 tahun.
La Nina sendiri secara umum akan berdampak pada cuaca atau iklim di Indonesia dengan timbulnya peningkatan curah hujan.
Bahkan Kepala BMKG, Dwikorita mengungkap bahwa peningkatan curah hujan di bulan November ini diperkirakan mencapai 70 hingga 100 persen di berbagai wilayah Indonesia.