Find Us On Social Media :

Mendag Sebut Ada Peran ‘Babi’ di China yang Pengaruhi Harga Kedelai di RI, Kok Bisa?

Menteri Perdagangan sebut babi di China salah satu faktor kedelai di RI meroket

GridFame.id- Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi sebut mengenai kenaikan harga kedelai di Indonesia karena adanya permasalahan yang terjadi di negara impotir.

Beberapa faktor yang disebutkan karena adanya cuaca buruk El Nina di Amerika Selatan yang kemudian berdampak pada harga kedelai.

“Jadi permasalahan kedelai di Indoensia yang harganya belakangan ini naik salah satunya karena beberapa permasalahan dan terjadinya El Nina di Argentina ,” ujarnya mengutip dari Antara News.

Selain cuaca buruk, disebutkan juga bahwa naiknya kedelai diakibatkan adanya permintaan yang tinggi di negara China.

Lutfi mengatakan ada peran babi di China yang ternyata berkaitan dengan harga kedelai yang meroket saat ini.

Untuk diketahui, harga kedelai saat ini naik menjadi US$ 18 atau sekitar Rp258.030 per gantang (kurs Rp14.335) .

Dibanding harga kedelai sebelumnya yang hanya US$ 12 atau sekitar Rp172.020 .

Jika diperkirakan dengan harga sebelumnya, maka harga kedelai saat ini naik kurang lebih Rp86.010

Tak heran banyak pengrajin tahu tempe di Indonesia yang memutuskan untuk berhenti produksi sementara waktu pada 21-23 Februari 2022.

Baca Juga: Minyak Goreng Belum Turun, Kini Tahu Tempe Diprediksi Naik Harga di 2022 Karena Hal Ini

Peran babi yang disebutkan Menteri Perdagangan (Mendag) Lutfi terhadap kenaikan harga kedelai di Indonesia ternyata terkait pemberian pakan hewan tersebut.

Lutfi menjelaskan negara tirai bambi tersebut memiliki lima miliar babi baru yang semuanya beralih mengonsumsi kedelai sebagai makanan utamanya.

Indonesia yang bergantung 80-90 persen pada kedelai impor, tentu akan terkena imbasnya langsung.

Terkhusus pada pengrajin tahu tempe yang ada di Tanah Air.

“Di China, awalnya peternakan babi di sana tidak makan kedelai, namun sekarang makan kedelai. Aplagi baru-baru ini ada lima miliar babi di peternakan China itu makan kedelai,” imbuhnya.

Meski begitu, saat ini Lutfi dan pihaknua akan menyiapkan mitigasi dari melambungnya harga kedelai secara nasional.

“Sekarang kami sedang menyiapkan mitigasinya dan kesempatan pertama  akan kami umumkan kebijakannya seperti apa,” terangnya.

Perlu diketahui, saati ini kebutuhan kedelai dalam negeri setiap tahunnya adalah 3 juta ton sementara suplai dalam negeri hanya mampu menyetok 500-750 ton per tahunnya.

Maka dari itu, untuk menutupi kekurangan tersebut, pihaknya akan melakukan impor dari beberapa negara seperti negara kawasan Amerika Selatan tersebut.

 Baca Juga: Siap-siap! Tahu Tempe se-Jawa Akan Hilang Minggu Depan, Para Pedagang Kompak Mogok Berjualan