GridFame.id - Satu persatu pemain sinetron 'Si Doel Anak Sekolahan' sudah tiada, komedian ternama lawan main Rano Karno tinggalkan pesan terakhir untuk sang anak bak firasat tanda orang akan meninggal dunia.
Sang komedian meninggal di usia 51 tahun.
Ia berpulang setelah bermain futsal dengan rekan-rekan bisnisnya di kawasan Cibubur, Jakarta Timur.
Saat itu, meninggalnya pria kelahiran Solo itu mengejutkan banyak pihak, tak terkecuali teman-temannya di Solo.
Di kota inilah sang komedian merintis kemampuan melawak dan aktingnya saat bergabung dengan kelompok kethoprak dan Srimulat sejak 1960-an.
Lawan main Nunung ini dahulu tinggal di Kampung Sumber Tegalan RT 01 RW 04, Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo.
Lokasi tempat tinggalnya itu tidak jauh dari Balekambang, tempat pagelaran kethoprak dan gudangnya seniman tradisional.
Sang komedian mulai terkenal saat diajak Rano Karno bermain di Si Doel Anak Sekolahan (SDAS) hingga berseri-seri.
Meski dikenal sebagai pelawak, ia sebenarnya adalah sosok pendiam.
Mengenang Mas Karyo Si Doel Anak Sekolahan
Pada 5 Maret 2022 lalu tepat sudah usia sang komedian 65 tahun, pelawak Basuki pemeran Mas Karyo di sinetron Si Doel Anak Sekolahan lahir.
Diketahui Mas Karyo lahir 5 Maret 1956 dan meninggal dunia pada 12 Desember 2007.
Bakat seni Basuki diperoleh dari sang ayah, Suwito Hadiwiryono yang oleh sesama seniman dipanggil Pak Pete.
Basuki mempunyai kelebihan dalam mengarang dan mengembangkan cerita saat di panggung.
Dalam sinetron SDAS, Basuki mewakili karakter orang Jawa selain Nunung dan mertuanya, Pak Bendot.
Lalu, dalam kancah wayang orang, Basuki dan sang ayah sering mendapat peran sebagai anggota Punakawan Gareng.
Setelah berkarier di Wayang Orang Sri Wanito di daerah Semarang, Basuki mencoba ikut menjadi anggota Srimulat.
Ia mengembangkan karier di gudangnya para pelawak itu mulai 1981–1986.
Ayah tiga anak ini kerap diundang untuk manggung baik sebagai pelawak maupun pemain kethoprak modern.
Namun, peran itu tak diperoleh begitu saja. Basuki yang sebelum tenar juga berprofesi sebagai makelar, dikenal dekat dengan sutradara.
Ia pintar "menjual diri" sehingga kerap diajak dalam sebuah pagelaran.
Setelah bergabung selama tiga tahun, Basuki memutuskan untuk keluar dan membentuk grup Merdeka bersama Kadir, Timbul, Nurbuat, dan Rohana yang juga hanya bertahan selama tiga tahun. Beberapa sinetron yang dibintangi Basuki adalah Benci Jadi Cinta, Ratapan Anak Tiri, Hidayah dan Gitu Aja Kok Repot!.
Bakat akting juga ia disalurkan dalam iklan yang dibintanginya, iklan Saus ABC pada 1994, Ramayana pada 1994, Marimas pada 1998, dan Tic Tac pada 2006.
Sebelum Berpulang Beri Pesan Terakhir untuk Sang Anak Bak Firasat Tau Akan Meninggal Dunia
Diberitakan harian Kompas, 24 Juli 1999, Basuki mempunyai pengalaman yang menarik soal contek- menyontek.
Anaknya yang saat itu duduk di kelas II sebuah SMA di Jakarta, pernah menceritakan soal menyontek di kelasnya.
Menurut anaknya, teman-teman di sekolahnya itu, sebagian besar menyontek.
Si anak bertanya, "aku boleh nyontek atau tidak, karena sebagian besar temanku menyontek. Kalau nggak nyontek nilaiku empat, dan nggak naik kelas".
Mendengar pertanyaan itu, Basuki terkejut dan mencoba memberi nasihat.
"Daripada kamu menyontek, lebih baik kamu tidak naik kelas. Kalau kamu menyontek dan tetap tidak naik kelas, bagaimana? Percuma kan? Nggak usah ikut- ikutan temanmu," kata Basuki.
"Bapakmu enggak apa-apa kalau kamu sampai nggak naik kelas.
Yang penting, kamu jujur pada diri sendiri. Untuk apa nyontek dan naik kelas, tetapi otakmu kosong dan kelakuanmu nol?," lanjut dia.
Bagi Basuki, kebiasaan menyontek kini sudah tidak ketulungan lagi.
Menurut Basuki, anak suka menyontek karena guru kurang memberi bimbingan pada muridnya.
Kalau guru rajin memberi bimbingan, siswa pasti punya kesadaran.
Buktinya? Anaknya bisa mengerti karena selalu dinasehati.
Mengapa Sebagian Orang Bisa Merasakan Firasat Kematian?
"Setiap yang bernyawa pasti akan mati."
Demikian kutipan dari QS. Al-Imran: 185. Kalam itu menegaskan bahwa kematian merupakan hal yang pasti dihadapi oleh semua makhluk hidup yang ada di dunia.
Jikalau telah digariskan takdirnya, siapa pun, kapan pun, dan di mana pun, maut akan tetap mendatangi.
Selama musibah itu belum terjadi, maka setiap ajal masih akan menjadi rahasia ilahi.
Namun, terkadang, muncul firasat dari keluarga, sahabat, serta orang terdekat terkait kematian seseorang.
Fenomena tersebut acap kali dihubungkan sebagai pertanda akan terjadinya musibah pada masa yang akan datang.
Sejumlah orang menyebut pengalaman misal mimpi terkadang dianggap sebagai firasat dan hal tersebut dianggap dengan sinkronisitas.
Beberapa pihak yang lain menyebutnya resonansi energi atau keterkaitan.
Ada pula mengenalinya dengan pengalaman kematian empatik.
Banyaknya terminologi yang dikenal di masyarakat mengenai firasat kematian disebabkan karena tidak ada ilmu pasti yang paling sesuai untuk menyebutnya.
Ilmuwan pun belum bisa membuktikan secara ilmiah atas maraknya fenomena yang dianggap melibatkan kemampuan menerawang akan terjadinya kematian pada masa depan semacam itu.
Satu-satunya hal pasti tentang mengapa banyak orang memiliki firasat, termasuk tentang kematian, ialah karena manusia dikaruniai dengan otak.
Terkesan cukup sepele, bukan?
Firasat, atau yang juga kerap kali disebut intuisi, tercipta dari kemampuan analisis otak terhadap kondisi lingkungan sekitar. Ia merupakan generalisasi yang diproses berdasarkan pada pengalaman masa lalu, bukan ramalan tentang masa depan yang sempurna.
Meskipun melibatkan proses pengamatan dan analisis, firasat bekerja di dalam alam bawah sadar.
Sumber firasat didapat dari pemahaman terkait realitas dalam bentuk potongan-potongan kecil informasi yang biasanya berupa simbol. Lewat alam bawah sadar, simbol-simbol itu yang akan disatukan, lantas diolah menjadi sebuah gambaran yang utuh.
Sama halnya kemampuan otak dalam hal menganalisis, firasat juga membutuhkan data agar dapat menjadi lebih akurat. Ada pun datanya sendiri dapat diperoleh baik secara tidak sadar maupun sadar.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenang Pelawak Basuki, Pemeran Mas Karyo di Sinetron Si Doel Anak Sekolahan..." dan Kompasiana dengan judul "Mengapa Sebagian Orang Bisa Merasakan Firasat Kematian?"