GridFame.id - Menantu Hatta Rajassa sudah tiada di usia 27 tahun karena sakit.
Melihat perjuangan sang menantu, Hatta Rajasa pun memuji mendiang Adara sebagai sosok yang tangguh.
Adara sempat mengalami beberapa hal sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.
Sebelum meninggal, Adara masih terlehat sehat.
Namun menjelang siang hari, kondisi kesehatannya menurun drastis.
Padahal, saat pagi hari Adara masih menyempatkan diri untuk beribadah.
Dia masih sempat salat subuh berjamaah di kasurnya bersama suami dan keluarganya.
"Semua orang kaget karena paginya masih sehat tapi kesehatannya menurun drastis pada siang hari.
Seperti sesak nafas dan jam 13.30 rumah sakit menyatakan dia meninggal dunia," ungkap sumber.
Menantu Hatta Rajasa, Adara Taista meninggal dunia diduga karena penyakit kanker kulit.
Istri dari Rasyid Rajasa ini dinyatakan meninggal sekitar pukul 13.30 waktu setempat.
Sebelumnya ia telah menjalani perawatan di rumah Sakit Moriyama Memorial Tokyo sejak 25 April 2018.
Sosok adara memang dikenal tegar oleh keluarga.
Dimata Hatta Rajasa, Adara merupakan sosok yang tangguh.
"Adara adalah sesosok wanita yang tangguh menghadapi penyakitnya.
Dan tidak mengeluhkan apa-apa mengenai kanker kulit yang dideritanya," kata Hatta Rajasa.
"Dia memang wanita luar biasa yang tak mau menyusahkan orang lain sehingga banyak yang kaget juga ketiga dia meninggal siang harinya.
Karena semua menyangka dia sehat-sehat saja," tambah sumber itu, dikutip dari Tribunnews.
Tanda Orang akan Meninggal Dunia
Sesak Napas
Masalah pernapasan seperti sesak adalah tanda yang mengkhawatirkan bagi banyak orang ketika mereka sedang berada dengan orang lain yang sekarat, dikutip dari Kompas.com.
Melemahnya otot
Pada hari-hari terakhir sebelum kematian, otot bisa berubah menjadi sangat lemah.
Mendadak atau terlihat Sehat Padahal Sedang Dalam Kondisi Sakit
Seseorang yang sedang sakit mendadak sehat, ternyata bisa diartikan sebagai tanda orang akan meninggal dunia.
Menurut sains, gejala kematian atau tanda orang akan meninggal memang tak selalu tampak seperti death rattle, terminal agitation, ataupun sesak nafas. Gejala bisa jadi tampak halus dan kerap diartikan sebagai kesembuhan.
Fenomena kembali segar menjelang kematian itu diabadikan sejak masa Hippocrates dan Ibnu Sina. Mereka mengungkapkan, penderita penyakit mental memperoleh kesadaran kembali ketika ajal sudah dekat tanpa diketahui sebabnya.
Michael Nahm dalam publikasinya di Journal of Near death Experience pada tahun 2009 memperkenalkan istilah "terminal lucidity" untuk menggambarkan fenomena tersebut.
Dalam publikasi itu, dia menggali 80 referensi hasil penelitian fenomena terminal lucidity pada pasien yang menderita penyakit mental.
Lewat publikasi yang berasal dari 50 penulis itu, dia berhasil mengungkap 49 kasus terminal lucidity. Sejak publikasi itu, Nahm sudah merilis makalah laporan kasus terminal lucidity. Salah satunya yang terjadi pada Anna Katharina Ehmer, dipublikasikan di jurnal Death and Dying pada 1 Februari 2014.
Dalam publikasi itu, dokter melaporkan bahwa Ehmer menyanyikan lagu-lagu kematian setengah jam sebelum kematian benar-benar menjemputnya. Menurut Nahm, perilaku itu juga kerap dijumpai pada orang lain yang akan meninggal.
Apa yang memicu "terminal lucidity"? sampai saat ini, pemicunya masih misteri. Nahm masih menggugah kesadaran banyak peneliti untuk menaruh perhatian pada soal itu.
Pada pasien yang mengalami tumor otak, kata Nahm seperti dalam tulisan Peskin di New York Times 11 Juli 2017 lalu, terminal lucidity bisa dipicu oleh penyusutan otak yang berakibat pada pikiran yang lebih jernih.
Tapi, pada penyakit ginjal, jantung, atau orang sehat, penyebabnya belum diketahui.
Nahm mengatakan, penelitian pada terminal lucidity bermanfaat secara medis maupun bagi keluarga yang ditinggalkan.
Mereka bisa lebih siap menghadapi kematian orang yang dicintainya, dikutip dari Kompas.com.