"Hampir 8 tahun lalu, mungkin. Ketika itu saya masih kelas X di SMA, masih ingat dalam ingatan. Untuk pertama kalinya, anak seorang walikota itu berinteraksi dengan saya. Sore hari menjelang pulang sekolah, dia meminjam sepatu saya. Untuk kegiatan kaderisasi, katanya. |1
"Saya mau pulang Ril, lama tidak?" bingung juga, karena rumah saya jauh, tidak mungkin menunggu dia sampai selesai, pasti keburu gelap. Tapi, saya tetap tunggu dia di depan perpustakaan dengan sepatu penggantinya. Sudah pukul 5 sore, saya harus pulang, tapi tidak |2," tulisnya.
Setelah menunggu lama, ia akhirnya memutuskan untuk pulang menggunakan sepatu Eril dan kemudian anak Ridwan Kamil itu meminta untuk bertukar sepatu kembali.
"Mungkin saya minta sepatunya, dia di ruang mana pun saya tidak tahu. Dengan berat hati saya pakai sepatunya walaupun sedikit aneh karena saya tidak biasa pakai barang orang lain, apalagi dia anak pak RK. |3
Ya, pasti dia jauh dari ponselnya karena sedang ada kegiatan. Setelah pukul 7 malam saya sampai rumah, pukul 8 Eril membalas line saya, dia meminta untuk bertukar sepatu. Saya pikir, "besok saja Ril, rumah saya jauh, apalagi dengan jarak rumah kamu, ujung ke ujung". Tapi, dia |5," lanjutnya.
Sayangnya, jarak rumahnya dan Eril kala itu terlalu jauh apalagi anak gubernur itu menggunakan sepeda. Mereka akhirnya memutuskan untuk bertemu saja disuatu tempat.
"Kekeuh mau sepatunya balik di hari itu juga. Eh jadi saya khawatir, saya tau dia tidak pakai sepeda motor, hanya membawa sepeda. Masa iya harus ke rumah saya, bolak balik dg jarak rumahnya jadi 35km bersepeda? Apalagi, soekarno hatta yang ramai dan gelap membuat saya semakin |6
Khawatir kalo sampai Eril kenapa-napa hanya karena urusan tukar sepatu. Tapi akhirnya saya mengalah, saya pun mengiyakan tapi bertemu di Metro Indah Mall. Karena kalau ke rumah saya akan lebih jauh lagi dan dia pasti tersesat karena komplek rumah saya seperti labirin. |7," paparnya.
Setelah itu mereka pun akhirnya bertemu, ia merasa takjub lantaran Eril menemuinya dengan mengendarai sepeda.
"Sambil khawatir karena gara-gara saya pulang ke rumah, saya bikin anak pak wali harus bersepeda jauh di malam hari. Maklum, saya orangnya dulu mudah sekali overthinking. Saya menunggu kabar dia dan terus menanyakan dimana. Akhirnya, dia sampai di MIM |8