4. Berfoto dilarang dilakukan jika dilakukan dengan orang yang bukan muhrim.
5. Berapapun jumlah orang yang berfoto tidak masalah asalkan tidak mengumbar aurat.
Terkait mitos-mitos seperti dilarang untuk berfoto bertiga karena akan mendatangkan musibah dan lain sebagainya, islam mengajarkan bahwa segala sesuatu yang terjadi di muka bumi adalah atas kehendak Allah SWT dan bukan yang lain, karena Allah SWT berkuasa atas segala sesuatu
Dalam Surat Al-Thagabun ayat 11 Allah berfirman yang artinya," Tidak ada satu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu." (QS. Al-Thagabun : 11)
Dari Yahya bin Ya'mar bahwasanya Aisyah radliallahu 'anhuma mengabarkan kepadanya, ia pernah bertanya Rasulullah SAW tentang tha'un (penyakit pes, lepra).
Nabi bersabda," Itu adalah siksa yang Allah kirimkan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, dan Allah menjadikan sebagai rahmat bagi orang-orang beriman. Dan tidaklah seorang hamba di suatu negeri yang terkena penyakit tha'un dan ia tinggal disana, ia tidak mengungsi dari negeri itu dengan sabar dan mengharap pahala di sisi Allah, ia sadar bahwa tak akan menimpanya selain yang telah digariskan-Nya baginya, selain baginya pahala seperti pahala syahid." (HR. Bukhari)
Musibah yang datang kepada seseorang setelah berfoto bertiga dengan teman-temannya, jelas merupakan ketetapan Allah SWT dan bukan karena mitos.
Semua kejadian di muka bumi, baik itu musibah ataupun hal lainnya merupakan takdir yang memang tertulis sebelum manusia di ciptakan, Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hadid ayat 22 yang artinya," Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi ini dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." ( QS. Al-Hadid : 22)
Dari Anas bin Malik radliyallahu 'anhu, Rasulullah SAW bersabda," Allah mengutus malaikat pada setiap rahim, kemudian malaikat tersebut mengatakan 'Ya Rabbi, ataukah sebatas segumpal mani? Ya Rabbi, ataukah sebatas segumpal darah? Ya Rabbi, ataukah sebatas segumpal daging?' Dan jika Alah berkehendak memutuskan penciptanya, malaikat mengatakan,'Ya Rabbi, ataukah laki-laki ataukah perempuan? Sengsarakah atau bahagiakah? Seberapa rezekinya, kapan ajalnya? Lantas ditulis, demikian pula dalam perut ibunya." (HR. Bukhari)