"Untuk apa seorang ibu hadir di pernikahan putranya?". Menurut Anda, apakah jawaban yang tepat untuk pertanyaan tersebut? Akankah Anda menjawabnya dengan mudah? Atau Anda akan terdiam membisu, terperanjat karena ayah Anda bertanya demikian kepada Anda," sambungnya.
Alih-alih marah dan menuntut protes, Ghaza menyebut Teh Ninih justru memilih mengalah hingga batin anak-anaknya ikut terluka.
"Tapi, ya. Begitulah Ibuku. Entah di sudut surga sebelah mana ia dilahirkan. Entah dimana ia menyembunyikan kedua sayapnya. Mengalah, mengalah, dan mengalah. Selalu mengalah. Itulah pilihannya," terang Ghaza memuji sifat Teh Ninih.
"Menjadikan begitu sulit untuk menyusulmu tuk terbang tinggi. Dengan keagungan akhlakmu, kesabaranmu, untuk menghadapi semuanya,"
Seolah sudah tak kuasa menyimpan semua sendiri, Ghaza akhirnya membongkar perlakuan buruk ayahnya pada Teh Ninih selama ini.
Bahkan dengan tegas ia menyebut ada kecurangan yang dilakukan pihak Pengadilan, namun lagi-lagi Teh Ninih memilih bersabar.
"Menyimpan semuanya dengan rapi, memilih untuk diam, kemudian menumpahkannya kepada Sang Pemilik langit dan bumi, dikala kami terlelap dengan mimpi mimpi kami,"
"Ya, betul. Nampaknya kemarin ada sedikit permainan di pengadilan. Begitulah, manusia. Barangkali, waktu 15 tahun belum cukup untuk menyiksamu, mungkin beliau masih perlu waktu untuk merasa puas," terang Ghaza."Namun, maaf. Sudah cukup. Sudah cukup sampai sini permainannya. 5 Juni 2020, lusa adalah tepat satu tahun setelah engkau dicerai. Dan, sampai detik ini engkau digantung, dipermainkan. Maaf, saya tak bisa diam," pungkasnya.
Di saat anak-anaknya sigap pasang badan, Teh Ninih ternyata sempat menyinggung soal kehilangan seseorang yang berharga dalam hidup.
Dilansir dari Nova.ID, Teh Ninih sempat mengunggah rekaman suara berjudul Ketika Diuji dengan Kehilangan yang membahas surat Al Baqarah ayat 155.