GridFame.id - Benarkah mengambil makanan sebelum orang tua bisa tuai malapetaka?
Banyak yang percaya mengambil makanan sebelum orang tua disebut pamali.
Tak sedikit pula yang benar-benar mematuhi aturan untuk tidak mengambil makanan sebelum orang tua.
Di Indonesia sendiri banyak mitos yang sudah dipercaya secara turun temurun.
Mitos-mitos itu disampaikan oleh para nenek moyang yang kemudian diteruskan sampai anak cucu.
Kepercayaan soal mitos-mitos di Indonesia juga masih cukup kental.
Pasalnya, mitos itu kerap disertai dengan akibat jika nekat melanggarnya.
Kebanyakan mitos berhubungan dengan kebiasaan hidup manusia.
Salah satunya adalah larangan mengambil makanan sebelum orang tua.
Sebenarnya apa arti mitos tentang makan yang masih dipercaya sampai saat ini?
Ternyata ini arti mitos tentang makan menurut Islam yang perlu diketahui.
Dikutip dari Suar.id, bagi orang Jawa, mengambil makanan sebelum orang yang lebih tua itu adalah sesuatu yang dianggap pamali. Jika nekat melakukan hal ini, dipercaya akan membuat rezeki Anda menjadi terhambat.
Tak cuma itu, Anda juga dipercaya akan mendapatkan karma buruk karena tidak menghormati orang lain. Dilansir dari Sripoku.com, lagi-lagi alasan logis dari mitos ini adalah soal asas kesopanan, karena orang Indonesia, khususnya orang Jawa, amat menjunjung nilai kesopanan. Menurut mereka, tak sopan bila mendahului orang tua makan. Mitos ini mendidik anak-anak untuk menghargai orang yang lebih tua. Dari ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata. سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ؟ قَالَ: اَلصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا، قَالَ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: بِرُّ الْوَالِدَيْنِ، قَالَ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: اَلْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ “Aku pernah tanyakan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling dicintai Allah?’ Beliau menjawab, ‘Shalat pada waktunya.’ ‘Lalu apa lagi?’ Tanyaku. Beliau menjawab, ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Lebih lanjut, kutanyakan, ‘Lalu apa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Jihad di jalan Allah.’” [Muttafaq ‘alaih].