Menurut dia, instrumen investasi emas masih sangat menjanjikan dan masih diburu oleh masyarakat sebagai alat lindung nilai (hedging).
"Saat ini tren penjualan emas di Pegadaian mengalami kenaikan," ujar dia dalam keterangan resmi, Senin (7/11/2022).
Ia memerinci, jumlah nasabah pegadaian per Oktober 2022 sejumlah 199.000. Jumlah tersebut tumbuh hingga 70 persen secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 117.000 nasabah.
Sementara, nilai pembiayaan pada Oktober 2022 tercatat sebesar Rp 1,38 triliun pada Oktober 2022. Angka ini tumbuh 87 persen secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 742 miliar.
Yudi menambahkan, masyarakat yang sudah mengakses Tabungan Emas Pegadaian juga terus tumbuh mencapai lebih dari 5,5 juta orang.
“Ini artinya, masyarakat sudah mulai aware terhadap emas, karena emas dapat menjadi perisai ketika terjadi serangan krisis. Selain harga emas tidak akan termakan inflasi, emas itu bersifat likuid atau bisa dicairkan kapan saja," tambah Yudi.
Yudi memaparkan, Pegadaian memiliki beberapa produk investasi yang dapat dimanfaatkan masyarakat. Pertama, produk Tabungan Emas Pegadaian, yang dapat diakses mulai dari Rp 10.000.
Masyarakat sudah bisa memiliki emas berkadar 99,99 persen dalam bentuk digital yang bisa di akses atau dibeli melalui aplikasi Pegadaian Digital. Selain itu, produk kedua ada produk Cicil Emas.
Masyarakat yang belum ataupun sudah berpenghasilan tetap bisa merencanakan keuangan dengan menyisihkan dana untuk uang muka yang sudah dikunci, sehingga harganya tidak akan berubah.
“Tak hanya Logam Mulia, Pegadaian juga menyediakan emas perhiasan yang disediakan oleh anak perusahaan Pegadaian yaitu Galeri24, jadi masyarakat bebas memilih instrumen investasi emas yang akan disimpan,” tandas Yudi.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pegadaian: Hadapi Krisis hingga Resesi, Masyarakat Perlu Tabungan Emas"