1. Tidak Menyebutkan Posisi Pekerjaan
Dari sekian banyaknya halaman yang dikirim melalui email, surat undangan interview palsu tidak menyebutkan posisi atau lowongan yang akan diseleksi.
Umumnya, posisi tersebut dicantumkan untuk memperjelas posisi yang dibutuhkan karena pencantuman posisi yang dilamar juga memberikan gambaran mengenai pertanyaan wawancara nantinya.
Zelain itu, HRD akan memberitahukan jika kandidat tersebut terpilih untuk posisi lain yang lebih cocok berdasarkan skills.
2. Kandidat Diharuskan Transfer Biaya Terlebih Dahulu
Undangan interview akan terdiri dari beberapa halaman namun, dalam panggilan wawancara palsu yang memiliki tingkat urgensi tinggi adalah ketentuan akomodasi dan transportasi.
Pada bagian ini, kandidat digiring untuk mentransfer sejumlah uang sesegera mungkin dalam batas waktu tertentu, misalnya, batas transfer yang ditentukan adalah sore hari jika Anda menerima email pada pagi hari di hari yang sama.
Si penipu akan menginformasikan bahwa wawancara akan diadakan di luar kota domisili si calon kandidat sehingga kandidat perlu mentransfer sejumlah uang untuk biaya akomodasi kepada satu nama yang tertera pada undangan interview.
Untuk lebih meyakinkan, pada surat undangan tersebut disebutkan bahwa semua biaya akan dibebankan kepada perusahaan melalui sistem reimbursement atau penggantian uang ketika kandidat tiba di kota yang telah ditetapkan. Untungnya, UU No. 13 tahun 2013 Pasal 53 menyatakan bahwa “Segala hal dan/atau biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan pembuatan perjanjian kerja dilaksanakan oleh dan menjadi tanggung jawab pengusaha.”
Dengan begitu, seharusnya semua biaya proses perekrutan ditanggung oleh perusahaan, jadi tetap waspada dan pastikan Ands tidak mentransfer biaya apa pun untuk menghindari penipuan.
3. Mencantumkan Semua Nama Kandidat Interview
Panggilan interview palsu biasanya mencantumkan nama-nama kandidat yang akan diwawancara padahal, panggilan interview yang asli seharusnya bersifat lebih personal.