GridFame.id - Kalau bicara tentang kehidupan kerajaan, pasti kita sudah membayangkan betapa kakunya peraturan di sana.
Namun beberapa waktu belakangan ini, para putri raja ini sempat jadi perbincangan di media sosial.
Semua bermula saat anak sultan Jogja GKR Bendara sempat viral di media sosial karena kesederhanaannya.
Ia tak segan menaiki becak yang mana pengayuhnya pun tak mengenali putri raja tersebut.
Padalah layaknya seorang putri raja, bisa saja GRK Bendara naik mobil mewah dan diantar sopir.
Apalagi penampilan GKR Bendara juga terlihat sederhana layaknya warga biasa.
Karena berita inilah akhirnya kehidupan para puteri Sri Sultan Hamengku Buwono X jadi sorotan publik.
Pasalnya, sang kakak, GKR Hayu juga sempat jadi perbincangan karena sosoknya dianggap sebagai cerminan putri raja di tengah arus globalisasi.
GKR Hayu pun ternyata memiliki profesi yang bisa dibilang tak biasa.
Sosok GKR Hayu
Gusti Kanjeng Radeng Ajeng Nurabra Juwita atau GKR Hayu adalah anak ke-4 Sri Sultan Hamengku Buwono X dan GKR Hemas.
Sebelumnya, GKR Hayu juga sempat jadi sorotan kala menikah dengan Pangeran Notonegoro pada tahun 2013.
Pernikahan ini berlangsung selama tiga hari dengan rangkaian prosesi yang panjang.
Dalam rangkaian pernikahan ini, Pangeran Notonegoro dan GKR Hayu dikirab dari keraton menuju kepatihan melalui jalan Malioboro.
Ratusan ribu masyarakat pun turut menyaksikan acara kirab tersebut.
Berasal dari keluarga kraton tak lantas membuatnya terkungkung dalam istana kerajaan yang penuh dengan adat istiadat.
Malah Ia diketahui menghabiskan masa sekolahnya di berbagai negara.
Ia menempuh SMP di Brisbane, SMA di Singapura, dan kuliah di Amerika Serikat dan Inggris.
Namun siapa sangka kalau GKR Hayu pernah mengaku benci jadi anak sultan Jogja?
Hal itu dikatakannya sendiri pada saat wawancara dengan salah satu media.
“Kalau dulu pas kecil terus terang saya benci banget jadi anaknya bapak ibu. Karena orang tidak appreciate usaha saya sendiri. Jadi kalau misalnya saya punya prestasi, ‘ya iyalah dia anaknya siapa? Enggak berani lah ngasih nilai jelek, bisa diusir keluar Jogja’ modelnya yang kayak gitu. Tapi ketika saya gagal ‘ngisin-ngisini, malu-maluin banget sih masa kayak gitu aja enggak bisa’ kayak gitu lo. That’s unfair (itu tidak adil),” ujarnya.
Belum lagi sikap orang yang akan berubah ketika tahu Ia adalah anak raja.
Pengalaman buruk itu dikatakannya juga terjadi pada keempat saudaranya yang lain.
“Tapi lama-lama udah gede ya, ya biar bagaimanapun ya anaknya bapak ibu ya mau lari ke mana. Jadi sekarang saya mikirnya orang itu mikirnya ‘oke, dia memang anaknya raja tapi memang dia punya skill’ udah pasrah deh sekarang, karena toh orang akan nyinyir anyway,” lanjutnya.
Saat kuliah, Ia mengambil jurusan di bidang teknologi karena sejak kecil sudah menyukai hal-hal yang berbau teknologi dan komputer.
Kemudian GKR Hayu melanjutkan kuliah di Amerika Serikat jurusan Computer Science di Steven Institute of Technology.
Karena merasa bakat dan minatnya ada di bidang IT yang lain, Hayu lalu berpindah haluan mengambil jurusan di bidang Design and IT Project Management di Inggris.
Kariernya pun cukup gemilang karena Ia pernah bekerja di beberapa perusahaan teknologi ternama seperti Microsoft Indonesia, Aprisma Indonesia, dan Gameloft Indonesia.
Berkecimpung di dunia teknologi yang didominasi pria, tak jarang GKR Hayu mendapat diskriminasi, lo!
“Jadi memang it’s still male dominated (masih didominasi pria-red) ya. Diremehkan sering, saya sampai sempat bikin percobaan tuh. Jadi biasa kan seminggu sekali pasti status update, itu saya ada satu klien yang saya pegang beberapa tahun. Saya trial (percobaan-red), kalau aku dandan, pakai, oke bukan rok mini ya, roknya memang rok span, yang dandan ketika sampai tempat klien, ‘wah cantik banget nanti pas mau nge-date ya?’ itu meetingku mulus, whatever I ask, saya dapat. Tapi ketika udah dikejar deadline aku pake celana panjang, cuma dikuncir, enggak dandan, itu mbok aku mau ngomong apa ngeyel banget semua dibantah, jadi ya gitu,” katanya.
Kini di Kraton, Hayu menjabat sebagai penghageng Tepas Tandha Yekti, sebuah divisi baru di keraton yang bertugas menangani urusan IT dan dokumentasi.
Di samping itu, sebagai Putri Kraton, Hayu juga terlibat dalam pelestarian budaya melalui seni tari.
Penulis | : | Lena Astari |
Editor | : | Lena Astari |
Komentar