GridFame.id - Demi bertahan hidup, beberapa korban selamat pesawat jatuh di Pegunungan Andes harus rela melakukan hal tak terduga.
Mereka harus tega memakan daging teman mereka yang tidak selamat.
Hal itu dikarenakan mereka terlambat diselamatkan dan pasokan makanan mulai menipis.
Pengalaman tak terlupakan itu pun diceritakan secara gamblang oleh mereka lewat sebuah buku.
Baru Diselamatkan 72 Hari Kemudian
Kecelakaan pesawat di Pegunungan Andes pada tahun 1972 sempat menyita perhatian banyak masyarakat.
Pesawat yang membawa rombongan tim rugby Uruguay itu jatuh dan hancur di gunung yang berselimut salju.
Beruntungnya, dari 45 penumpang di pesawat, 27 diantaranya selamat.
Sayangnya, mereka tidak bisa langsung diselamatkan dengan cepat.
Kecelakaan terjadi pada 13 Oktober 1972, namun mereka baru diselamatkan pada 23 Desember 1972.
Selama 72 hari itulah 27 orang harus menemukan cara untuk bertahan hidup.
Roberto Canessa, salah seorang penumpang, menuliskan semuanya di buku yang berjudul ‘I Had to Survive’ (Aku Harus Selamat).
“Aku tidak akan pernah lupa sayatan pertama setelah 9 hari setelah kecelakaan. Kami menyayat daging tipis dengan serpihan logam pesawat. Kami baru bisa memakan daging tersebut saat kami akhirnya mampu,” tulisnya seperti yang dikutip Daily Mail.
Pasalnya, itu bukan daging biasa.
Melainkan daging dari teman tim mereka sendiri yang tidak selamat dan sudah jadi mayat.
Ia juga bercerita bagaimana Ia dan teman-temannya sempat nyaris gila saat memikirkan untuk melakukan hal itu.
Tapi Ia tidak bisa menemukan tumbuhan atau binatang untuk dibunuh.
Bahkan Canessa juga menulis “Aku melakukan hal yang bahkan tidak pernah muncul dalam mimpi burukku sekalipun.”
Beritahu Keluarga Korban
Begitu berhasil diselamatkan, Canessa langsung menemui ibu dan ayahnya.
Tanpa ragu, Ia mengatakan “Aku memberitahu ibuku, ‘Bu, kami harus memakan teman kami yang sudah mati’ dan ibuku berkata ‘tidak apa-apa, tidak apa-apa, sayang’.”
Baca Juga: Teka-Teki Sosok Suaminya Sudah Terkuak, Vanessa Angel: 'Terima Kasih Sudah Terus Perjuangin Aku'
Ia juga memberitahu ayahnya kalau masalah utama yang dipikirkannya adalah bagaimana reaksi keluarga korban saat mengetahui kenyataan ini.
“Aku berkata ‘aku tidak peduli’. Satu-satunya hal yang akan aku lakukan adalah mengunjungi keluarga teman-temanku yang meninggal dan memberitahu mereka apa yang terjadi. Aku tidak minta mereka untuk mengerti tapi mereka harus mengetahuinya.”
Namun untungnya keluarga korban bisa menerima hal tersebut karena mereka harus bertahan hidup.
2 bulan kemudian, tragedi ini jadi inspirasi untuk banyak film dokumenter dan buku.
Salah satunya adalah film berjudul “Alive” pada tahun 1993 yang banyak mendapat perhatian publik.
Penulis | : | Lena Astari |
Editor | : | Lena Astari |
Komentar