Mengonfirmasi informasi yang berkembang di Facebook, Kompas.com menghubungi dokter spesialis onkologi RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta, dr. Walta Gautama, Sp.B(k) Onk.
Dokter Walta menegaskan, informasi itu hoaks.
"Itu hoaks, penyuntikan hormon untuk ayam potong sudah dilarang sejak 1970, jadi yang disuntikkan adalah vaksin," kata dia saat dihubungi via pesan tertulis, Sabtu (16/11/2019).
Ia menjelaskan, jika memang ayam mengandung bahan kimia akibat suntikan yang diberikan, maka bagian yang akan terkontaminasi tidak hanya sayap dan cekernya.
"Apa yang disuntikkan tentu akan diolah seluruh badan dan tidak cuma dideposit di bagian tubuh tertentu seperti sayap dan ceker," ujar dr. Walta.
Dokter ahli bedah onkologi ini juga mengatakan, jika ayam potong itu tumbuh besar dan lebih cepat karena hasil rekayasa genetika, maka tidak membahayakan.
"Sama seperti dulu padi hanya bisa dipanen setahun sekali sekarang 3-4 kali setahun. Demikian juga kelapa untuk kopra dibuatlah kelapa hibrida yang tumbuhnya tidak tinggi-tinggi sehingga mudah dipanen," jelas dia.
Penulis | : | Lena Astari |
Editor | : | Lena Astari |
Komentar