Saat stroke itulah, dia mendapatkan sebuah tawaran memberikan privat memotret dari seorang pemuda di Bali.
Dengan semangat tinggi, dia berangkat ke Pulau Dewata itu, setelah disepakati harga sebesar Rp 30 juta.
Namun siapa sangka, pemuda yang awalnya dibayangkan pemuda yang berasal dari keluarga kaya, ternyata seorang pemuda dari keluarga biasa.
Pemuda itu membayar Didik dari hasil menggadaikan sertifikat tanah orang tuanya. Keseharian pemuda itu membuat hatinya terketuk, karena setiap hari pemuda itu menyisihkan makanan untuk leluhur, sesuai dengan kepercayaannya.
“Setelah mengetahui hal itu (pemuda sederhana) saya sempat ingin mendiskon harga, tetapi dia menolak. Saya lalu meminta dia untuk mencarikan saja rumah saudaranya untuk saya tinggal,” ucap Didik.
Dari situlah dirinya belajar mengenai hidup, dan bersyukur.
Anehnya, selama di Bali, kaki dan tangannya yang tak lagi bisa bergerak normal karena serangan stroke akhirnya bisa sembuh dan normal.
Namun rentetan cobaan hidupnya belum selesai. November 2018 sang istri kecelakaan, sampai kakinya patah.
Setelah dilakukan pengobatan medis dan sinse di Yogyakarta ternyata hasilnya belum memuaskan. Sang istri harus berjalan menggunakan alat bantu.
Source | : | TribunStyle |
Penulis | : | Lena Astari |
Editor | : | Lena Astari |
Komentar