GridFame.id - Baru-baru ini tengah viral video seorang pengantin pria yang bonyok dihajar sekelompok orang yang marah.
Diketahui peristiwa tersebut terjadi di Karachi, Pakistan.
Hal tersebut lantaran istri pertama muncul pada saat dirinya hendak melakukan pernikahan ketiga sang suami.
Pria bernama Asif Rafiq Siddiqi terlihat bersembunyi di kolong bus saat banyak orang ingin menghajar dirinya.
Istri pertama yang diketahui bernama Madiha Siddiqi sengaja dengan maksud agar calon istri Asif mengetahui bahwa calon suaminya sudah pernah menikah dengan dua wanita sebelumnya.
Dilansir dari Tribunnews.com pada Senin (17/2/2020), Sang istri pertama membawa seorang bocah laki-laki.
Bocah tersebut diduga anak hasil pernikahannya dengan Asif.
Tak hanya itu, sang istri pertama juga membawa banyak kerabatnya.
Diketahui, istri pertama menikah dengan Asif pada tahun 2016.
Namun Asif diam-diam menikahi istri keduanya, Zehra Ashraf yang merupakan dosen di Universitas Wanita Jinnah di Karachi pada 2018.
Disebutkan bahwa Madiha mengetahui suaminya menikah lagi berkat informasi dari istri kedua.
Seolah tak terima, akhirnya Madiha membawa kerabatnya untuk menghajar Asif di pernikahan ketiganya.
Asif didorong dan ditampar oleh sekrumunan orang hingga celananya robek.
Kemudian ia berlari menghindari orang-orang yang marah tersebut.
Ia memutuskan untuk bersembunyi dibawah bus.
Dalam video yang viral tersebut, keluarga yang tak terima atas kebohongan Asif tampak mengancamnya.
"Keluar atau kita akan membakar bus," teriak sekumpulan orang tersebut.
Baca Juga: Tahu Akan Diberi Kejutan oleh Keluarga dan Tim RANS, Nagita Slavina Justru Lakukan Hal Ini
Asif pun rupanya ketakutan setelah mendapatkan ancaman.
Ia lantas menjawab ancaman tersebut.
"Satu menit, satu menit," teriaknya sembari bersiap untuk merangkak keluar.
Hingga kini belum diketahui kelanjutan dari video yang viral tersebut.
Belum ada kabar lebih lanjut pula mengenai apakah Asif akan melanjutkan pernikahan ketiganya atau mengurungkan niatnya tersebut.
Source | : | Tribunnews.com |
Penulis | : | Hanifa Qurrota A'yun |
Editor | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Komentar