GridFame.id - Angka kematian akibat virus corona hari ini menyentuh 3.254 orang dengan kasus kesembuhan sebesar 51.186 orang.
Seperti dikutip dari peta persebaran Covid-19, Coronavirus Covid-19 Global Cases by John Hopkins CSSE, Kamis (5/3/2020) pukul 08.00 WIB, kasus kematian masih didominasi terjadi di pusat epicentrum virus yakni di Hubei yakni 2.871 orang.
Sementara, total kasus positif covid-19 di seluruh dunia ada 95.125 kasus.
Di wilayah daratan China 80.272 kasus, kemudian 5.621 kasus di Korea Selatan, 3.089 kasus di Italia, serta di Iran 2.922 kasus.
Di Indonesia diketahui, sejak Senin (2/3) dua warga terkonfirmasi positif virus corona dan kini keadaannya berangsur membaik.
Sedangkan WNI yang dinyatakan sembuh dari virus corona berjumlah lima orang, satu orang pekerja migran di Singapura dan empat orang adalah kru kapal Diamond Princess di Jepang.
Hal ini membuktikan, bukan berarti jika terjangkit virus corona, maka manusia tidak akan sembuh.
Virus corona seperti layaknya virus-virus lain yang juga ada dan berada di sekitar manusia.
WHO pun meminta warga untuk tidak panik, namun tetap waspada.
Sebab para ilmuwan dan otoritas kesehatan memastikan 1 hal.
Baca Juga: Hindari Jabat Tangan Untuk Antisipasi Corona, 7 Negara Ini Sampai Ganti Cara Menyapa Orang Lain!
Walau pun virusnya bisa mematikan, tetapi mayoritas orang yang terinfeksi sejauh ini hanya mengalami gejala yang ringan dan bisa sembuh total.
Hal itu penting untuk dipahami untuk mencegah kepanikan global yang tidak perlu dan mendapatkan gambaran yang lengkap tentang kemungkinan penularan.
"Mayoritas orang sekarang panik, dan sebagian besar malah meningkatkan risiko," kata pakar virology dari Universitas Hong Kong, Dr Jin Dongyan, seperti dikutip TribunJatim.com dari New York Times via Intisari.
Dari 44.672 kasus corona yang dikonfirmasi di China menyebutkan, hampir 81% kasus bersifat ringan.
Meski begitu, gejala yang ringan juga membuat epidemi virus ini sulit dibendung.
Demikian menurut studi yang dipublikasikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China.
Ahli Ungkap Ada 2 Kemungkinan
Covid-19 dianggap ringan jika tidak melibatkan pneumonia, penyakit infeksi pada paru, atau ada komplikasi pneumonia ringan.
Ada 2 kategori kasus, berat dan kritis.
Kasus yang berat memiliki gejala sesak napas, saturasi oksigen darah rendah, atau gangguan paru.
Sementara itu, kasus yang kritis ditandai dengan gagal napas, shock septik, atau disfungsi organ.
Sejauh ini di China, kasus yang tergolong berat kurang dari 14%, dan kritis kurang dari 5%.
Secara umum angka kematian akibat virus ini di China 2,3%.
Namun, angka itu paling tinggi ada di Provinsi Hubei, yaitu 2,9%, dibandingkan dengan 0,4% di seluruh wilayah China.
Sebagai perbandingan, angka kematian akibat flu musiman sekitar 0,1%.
Gejala yang ringan ternyata memiliki sisi negatif karena membuat para ilmuwan lebih sulit untuk dikenali dan pasien tidak berobat ke dokter.
Selain itu, seseorang bisa saja terinfeksi tetapi tidak menimbulkan gejala apa pun.
Menurut Dr Jin Dongyan, orang yang mengalami gejala virus Corona ringan, secara umum sulit dibedakan dengan orang yang sakit flu biasa atau salesma.
"Gejalanya bisa sangat ringan, seperti nyeri tenggorokan."
"Lalu setelah satu 2 hari sembuh. Bahkan pada pasien yang ke dokter, gejalanya tidak dikenali karena sangat ringan, seperti flu," ujarnya.
Dalam penelitian di China, beberapa kasus virus Corona yang ringan juga menyebabkan pneumonia, gejalanya termasuk rasa lelah dan demam tapi tidak tinggi.
Menurut studi terhadap 99 pasien positif virus Corona di Wuhan, ditemukan mayoritas ke dokter karena mengalami demam dan batuk, dan beberapa mengeluh sesak napas atau nyeri otot.
Memang Covid-19 tidak boleh diremehkan karena pada kasus yang kritis bisa menyebabkan kematian.
Walau begitu, pada infeksi yang ringan, virusnya akan 'sembuh sendiri'.
"Gejalanya akan hilang sendiri, sama seperti flu atau salesma," kata Dr Jin Dongyan.
Hal tersebut juga berarti bisa saja orang yang sebenarnya terinfeksi virus Corona masih beraktivitas seperti biasa; bepergian, melakukan kontak dekat dengan orang lain, dan menyebarkan virusnya tanpa ada yang tahu.
Dari fenomena tersebut, para ahli memperkirakan akan ada 2 kemungkinan terkait 'nasib' dari wabah Covid-19 ini.
Yaitu lama-lama akan tidak menular lagi, atau virusnya mati, sama seperti SARS.
Alternatif lain, Covid-19 akan hidup bersama manusia, kadang hilang dan timbul sesuai musim, sama seperti influenza.
"Dalam situasi tersebut, orang harus belajar untuk hidup bersama virusnya dan terkadang akan menimbulkan gejala, tetapi lama-kelamaan virusnya akan kehilangan bahayanya."
"Seiring waktu, para ilmuwan juga bisa mengembangkan vaksinnya," katanya.
Source | : | Tribun Jatim,Tribun Jakarta |
Penulis | : | Lena Astari |
Editor | : | Lena Astari |
Komentar