GridFame.id - Apakah anda suka membawa bekal untuk makan siang di kantor atau di sekolah?
Jika iya, yakinkah wadah yang anda pilih sudah tepat?
Biasanya makanan akan dimasukkan ke dalam wadah plastik agar praktis dibawa ke mana-mana.
Tapi menggunakan dan memilih wadah plastik untuk makanan tidak boleh sembarangan loh karena bisa memicu racun yang berbahaya bagi tubuh kita.
Tidak semua wadah plastik aman untuk makanan/minuman dan tidak semuanya boleh digunakan secara berulang-ulang.
Untuk perlindungan terhadap masyarakat umum sehubungan dengan wadah-wadah terbuat dari plastik ini, negara-negara di dunia membuat sebuah kesepakatan berupa kode yang dicantumkan pada kemasan plastik.
Kira-kira bagaimana ya bentuk kode agar kita tidak salah?
Kode Kemasan Plastik
Kode ini biasanya diletakkan di bagian bawah kemasan.
Bentuknya adalah angka yang ditaruh di dalam simbol segitiga daur ulang, yang diikuti dengan kode huruf di bawahnya.
Lambang segitiga daur ulang menunjukkan bahwa plastik tersebut terbuat dari bahan daur ulang.
Sementara kode angka dan huruf menunjukkan bahan pembuat plastik tersebut.
Melalui kode ini, kamu akan terbantu dalam memlih wadah plastik untuk makanan dan minumanmu.
Bila kamu perlu berhati-hati dalam memilih wadah untuk makanan/minuman, maka kamu perlu lebih berhati-hati lagi dalam memilih wadah untuk makanan/minuman panas.
Banyak jenis plastik yang memiliki kandungan bahan berbahaya, yang akan “terlepas” bila bersentuhan dengan benda panas, dan melebur dengan benda panas yang bersinggungan dengan plastik tersebut.
Untuk menempatkan makanan panas, misalnya kamu ingin membawa bekal sup panas, pilihlah wadah yang memang ditujukan untuk makanan, dan sudah kamu ketahui bahan pembuatnya.
Merek-merek ternama umumnya lebih bisa diandalkan.
Namun demikian, sebaiknya minimalkan penggunaan wadah plastik untuk menyimpan makanan/minuman panas dalam waktu lama.
Sesedikit apapun, ada bahan-bahan yang akan melebur dengan makananmu.
Bila kamu membeli makanan panas seperti soto, bubur ayam, atau bakso, biasanya pedagang menggunakan styrofoam atau plastik bening sebagai wadahnya.
Ketika sampai di rumah, segeralah memindahkan makanan ke wadah lain.
Atau, kalau kamu ingin cara yang lebih aman lagi, bawalah wadah sendiri ketika akan membeli makanan.
Kamu bisa menggunakan wadah yang terbuat dari porselen (piring, mangkuk) atau stainless steel (rantang).
Hindari Penggunaan Styroform
Sebelumnya banyak beredar kabar bahwa bumbu mi instan dapat memicu penyakit kanker.
Tapi benarkah pernyataan tentang makanan ini benar adanya?
Faktanya, belum ada bukti ilmiah yang menyebutkan secara pasti bahwa mi instan dapat menyebabkan kanker.
Karena pada dasarnya, kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh berbagai faktor. Mulai dari kelainan atau mutasi genetik, keturunan, rokok, alkohol, sinar matahari, radiasi, virus, hingga infeksi.
Untuk lebih jelas, mari kita bahas mengenai bahan dan semua tentang mi instan yang diduga menyebabkan kanker.
Melansir dari Family Doctor melalui Toutiao , mi instan terbuat dari tepung terigu, termasuk sayuran kering, bubuk kering, dan minyak dalam bumbu.
Mi-nya sendiri terbuat dari tepung gandum yang secara alami tidak berbahaya bagi kesehatan.
Kemudian minyak sayur yang digunakan juga biasa dipakai memasak di dapur jadi bisa dipastikan minyak ini aman dikonsumsi dan tidak menyebabkan kanker.
Selanjutnya, sayuran kering adalah sayuran dalam kondisi alami atau dehidrasi buatan.
Sebagian besar airnya dihilangkan, warna asli sayuran dan nutrisi pada dasarnya sama, tetapi beberapa nutrisi sensitif seperti vitamin C dan beberapa zat hilang.
Selanjutnya, zat fenolik sayuran yang dikeringkan di udara mudah disimpan, dan diangkut sehingga menjadi bagian dari bahan mie instan.
Serta polifenol yang ada pada mie instan adalah senyawa unik untuk sayuran dan merupakan senyawa yang bisa meningkatkan kesehatan.
Polifenol memiliki fungsi antioksidan yang dapat menghambat kolesterol jahat dalam darah, dan mencegah penyakit kardiovaskular.
Dapat dilihat bahwa polifenol menguntungkan dan tidak berbahaya, meskipun beberapa dari mereka ada yang hilang dalam sayuran karena dikeringkan.
Dilihat dari penjelasan tersebut, tetap tidak ada zat yang menyebabkan kerusakan serius pada manusia.
Namun, ternyata yang mungkin menjadi permasalahan adalah mangkuk dari plastik atau styrofoam yang terkadang digunakan untuk makan mi instan. Biasanya, jenis mi instan ini yang dijual dalam bentuk cup/mangkuk.
Nah, mangkuk styrofoam inilah yang paling rawan memicu penyakit kanker jika terkena paparan suhu yang terlalu panas.
Menurut National Research Council di Amerika Serikat, wadah styrofoam yang mengandung styrene mempunyai sifat karsinogen terhadap manusia sehingga dapat menyebabkan kanker.
Laporan National Toxicology Program, Department of Health and Human Services di Amerika Serikat juga menunjukkan bahwa styrene telah dimasukkan ke dalam kelompok yang cukup diantisipasi dalam menyebabkan kanker.
Tidak hanya kanker, styrene juga berhubungan dengan kerusakan saraf dan gangguan hormon.
Karsinogen sendiri adalah zat atau sesuatu hal yang dapat menyebabkan kanker, dengan cara memengaruhi gen atau merusak sel-sel normal sehingga berubah menjadi sel kanker.
Styrene diketahui sebagai karsinogen yang digunakan dalam plastik polystyrene yang bisa dibentuk menjadi busa atau produk plastik solid, seperti gelas, piring, baki, dan kemasan.
Styrene tersebut bisa masuk ke makanan atau minuman jika menggunakan gelas atau mangkuk berbahan styrofoam.
Jadi tidak benar, kalau bumbu dalam mi instan dapat memicu penyakit kanker.
Namun perlu diingat, mi instan memiliki residu yang menyebabkannya tidak mudah dicerna sepenuhnya oleh tubuh, dan ini berbahaya bagi kesehatan.
Intinya, jangan makan mi instan secara berlebihan untuk menghindari gejala-gejala seperti kekurangan gizi dan obesitas yang memengaruhi kesehatan.
Serta hindari penggunaan styrofoam untuk mengonsumsi mi instan dan selalu cermat membaca label produk sebelum mengonsumsinya.
Artikel sudah pernah tayang di Grid.id dengan judul Bisa Memicu Racun, Perhatikan Cara Pakai Wadah Makanan dari Plastik yang Aman untuk Kesehatan
Penulis | : | Marcel Mariana |
Editor | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Komentar