GridFame.id - Wabah virus corona memang merugikan banyak pengusaha di seluruh belahan dunia.
Berbagai perusahaan nampaknya sedang bekerja keras agar perusahaannya tidak gulung tikar.
Hal ini disebabkan karena adanya imbauan untuk melakukan isolasi mandiri mapun psychal distancing.
Setiap orang sekarang nampaknya mau tidak mau untuk melakukan aktivitas secara daring.
Mulai dari pelajar hingga pegawai, menggunakan aplikasi untuk menyelesaikan tugasnya.
Salah satu aplikasi yang sangat populer di seluruh dunia adalah Zoom.
Hampir seluruh pekerja maupun pelajar menggunakannya.
Karena aplikasi ini sangat populer, CEO dari aplikasi ini, Eric Yuan (49) mendapatkan untung yang tak pernah terduga sebelumnya.
Eric mendirikan perusahaan start up di California, Amerika Serikat.
Dalam 3 bulan terakhir saat Covid-19 mewabah, dikabarkan oleh Financial Times melalui Tribun-Timur.com, kekayaan Eric bertambah hingga USD 4 Miliar atau Rp 66 Triliun.
Total harta yang dimilikinya terhitung sampai USD 7,5 Miliar.
Dilansir dari Businessinsider.sg, setelah harga saham perusahaanya melambung Yuan masuk ke peringkat 500 orang terkaya di dunia yang sebelumnya tidak ada nama Eric.
Eric bahkan langsung menempati orang terkaya nomor 192 di dunia.
Hal ini sungguh tidak pernah dibayangkan oleh Yuan.
Awalnya, Yuan yang dikenal jarang berpergian ini dalam hubungan jarak jauh.
Yuan harus naik kereta yang memakan waktu 10 jam untuk bertemu dengan pacarnya.
Yuan yang kala itu masih tinggal di China, akhirnya memiliki ide untuk membuat sistem komunikasi jarak jauh.
Ide Yuan mendirikan perusahaan aplikasi komunikasinya adalah dengan melihat kinerja milenial.
Sebelum mewabah Covid-19, Yuan melihat banyak anak muda yang bekerja secara jarak jauh.
Dilansir dari The Telegraph, Yuan melihat kesempatan emas dari kebiasaan anak muda.
Yuan percaya, 10 tahun kedepan para milenial tak perlu lagi datang ke kantor untuk bekerja karena kemudahan teknologi.
Source | : | Business Insider,Tribun-Timur.com |
Penulis | : | Winnieati Sutanto Putri |
Editor | : | Lena Astari |
Komentar