Begitu juga dengan kesedihan, seiring berjalannya waktu akan menghilang dan berganti dengan kegembiraan.
"In the beginning the waves are big and constant. When they come they swallow you whole, you feel as though you have no air to breathe. As time goes by, the waves still come, but not as often.
.
Some are big, some are small, but the difference is, you know that you will come out of it at the other end. That you will survive.
(Pada awalnya ombaknya besar dan konstan. Ketika mereka datang mereka menelan Anda sepenuhnya, Anda merasa seolah-olah Anda tidak punya udara untuk bernapas. Seiring berjalannya waktu, ombak masih datang, tetapi tidak sering.
.
Ada yang besar, ada yang kecil, tapi bedanya, Anda tahu bahwa Anda akan keluar dari sana di ujung yang lain. Bahwa kamu akan selamat)," jelasnya.
Setelah ombak kesedihan menerjang dirinya, Aishah pun berusaha untuk mengabaikannya dan terus menjalani hidup.
"Yesterday's wave was huge. I had been keeping myself busy and distracted for so long, everytime a memory popped up, I would ignore it and just move on.
.
I guess it finally caught up with me. I was completely overwhelmed, surrendered to it, and let it pass through me.
(Gelombang kemarin sangat besar. Saya telah menjaga diri saya sibuk dan terganggu begitu lama, setiap kali sebuah memori muncul, saya akan mengabaikannya dan terus maju.
.
Saya kira itu akhirnya menyusul saya. Saya benar-benar kewalahan, menyerah pada itu, dan membiarkannya melewati saya)," tambahnya.
Namun, berbagai dukungan dari orang-orang, baik yang dikenalnya ataupun tidak, begitu membantu Aishah melewati ini semua.
Source | : | |
Penulis | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Editor | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Komentar