"Idenya Dhani, 'Ri, aku dah sering bikinin lagu orang dan penyanyinya jadi kaya banget dari lagu-laguku. Tapi gue itu tidak dapet apa-apa dari pementasan mereka. Gue dapetnya royalti pencita.' Saat itu belum ada performing rate di Indonesia tahun 2000-an. 'Lu gue bikinin lagu, tapi tiap manggung lu ngasih gue duit ya.' Dan buat gue itu make sense. Tidak mahal, ratusan ribu. Ok, gue langsung setujuin. Ratus ribu satu lagu. Lalu gue bawain," terang Ari.
Ari pun sepakat melakukan hal itu. Namun, ia justru dimaki oleh orang-orang dari label musik yang menaunginya.
"Dan itu gue jalanin. Dan itu gue dimaki-maki, ama dibodoh-bodohin lah sama si record label gue. Yang mana saat itu juga menaungi Dhani. 'Lu gila lu. Nggak bisa dong begini. Nggak ada aturannya di dunia ini.'," jelasnya.
Kini, aturan itu mulai ada dan diterapkan oleh seluruh musisi di dunia.
"Dan Dhani sudah mengerti aturan itu. Baru sekarang (aturan) performing rate, bahwa setiap pencipta itu punya hak terhadap lagu yang ditampilkan," tambah Ari Lasso.
Ari pun menyepakati perjanjian itu dan melakukannya sejak 2003, Moms.
"Itu udah gue lakukan lho dari 2003, Ded, sama Dhani. Meskipun kemudian tahun kesekian gue nggak bayar lagi ke dia, dan dia nggak papa (nggak marah)," aku Ari Lasso dilanjutkan dengan tawa.
"Gue teratur dulu. Minggu ini gue main tiga kali, satu bulan gue main 12 kali. Ya udah, tinggal 12 kali sekian ratus ribu. Gue transfer ke dia," pungkasnya.
Source | : | YouTube |
Penulis | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Editor | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Komentar