GridFame.id - Sinetron Si Doel Anak Sekolah seolah menjadi tontonan legendaris masyarakat Indonesia.
Sinetron ini telah menjadi salah satu acara televisi yang seolah tak terlupakan.
Meski merupakan sinetron lawas di tahun '90-an, sinetron ini masih terus ditayangkan ulang hingga kini.
Sehingga penggemarnya pun datang dari berbagai kalangan.
Bahkan belum lama ini Rano Karno, sang pemain utama sekaligus produsernya pun membuatnya menjadi sekuel film layar lebar yang tayang sejak 2018 lalu.
Dalam sinetron tersebut, terdapat 3 tokoh utama yaitu Rano Karno sebagai Doel, Cornelia Agatha sebagai Sarah, dan Maudy Koesnaedi sebagai Zaenab.
Cornelia dan Maudy pun berperan sebagai perempuan yang terjebak cinta segitiga pada Rano Karno.
Dua artis cantik ini pun memperebutkan lelaki yang sama untuk merebut cintanya.
Hal ini nampaknya cukup dijiwai oleh para pemeran dalam sinetron legendaris tersebut.
Bahkan dalam kehidupannya, artis cantik Cornelia Agatha mengaku sempat merasa minder saat beradu akting dengan Maudy Koesnaedi dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan.
Pasalnya, pemeran Sarah itu menganggap Maudy yang berperan sebagai Zaenab punya paras yang cantik.
Baca Juga: Ampuh Atasi Bibir Pecah-Pecah, Obat Rumahan Ini Bisa Jadi Masker Alami
Sehingga membuatnya merasa minder karena wajah cantiknya.
Hal ini ia sampaikan dalam siaran live di akun Instagram @sidoelanaksekolahan, pada Kamis (14/5/2020).
"Kalau syuting lagi sama Zaenab, karena minder dia cantik banget," ungkap Cornelia Agatha.
Bahkan saking terkesimanya dengan kecantikan pemeran Zaenab itu, Cornelia sampai tak pernah mau difoto bareng Maudy.
"Duh saya kalau lagi kucel itu enggak mau difoto bareng dia (Maudy Koesnedi)," akunya.
Cornelia Agatha lahir di Bogor, 11 Januari 1973.
Perempuan berdarah Belanda-Manado-Jawa ini mulai berakting sejak tahun 1988.
Ia menjadi salah satu bagian penting dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan yang hingga dalam film trilogi kisah cinta Si Doel.
Source | : | Kompas.com,Instagram |
Penulis | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Editor | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Komentar