GridFame.id - Beberapa hari lalu, masyarakat dunia dikagetkan dengan kematian George Floyd.
George merupakan warga kulit hitam di Amerika Serikat yang kepalanya ditindih oleh Derek Chauvin.
Kematian George membuat geger seantero Amerika, bahkan dunia karena telah melanggar nilai kemanusiaan.
Tak ayal jika warga Amerika Serikat ikut marah dan melakukan demo besar-besaran.
Demo yang dilakukan di berbagai daerah tersebut berubah menjadi kerusuhan.
Salah satu peserta kerusuhan yang disoroti oleh media global adalah seorang pria yang memiliki tato peta Indonesia sepanjang Senin (1/6/2020) hingga Selasa (2/6/2020).
Dikutip dari Kompas.com, dengan membawa sebuah benda, pria tersebut berusaha untuk memecahkan kaca bank Wells Fargo.
Berita tentang pria tersebut tak hanya menjadi sorotan media terkemuka seperti The Inquirer, namun juga berbagai media di Indonesia.
Pria yang ikut dalam kerusuhan memperjuangkan masyarakat kulit hitam di Amerika Serikat cukup membuat penasaran.
Banyak orang bertanya-tanya sebenarnya siapa pria tersebut?
Rasa penasaran tersebut ternyata juga hinggap di kepala pengacara kondang, Hotman Paris di Instagramnya, Senin (1/6/2020).
"Yang lagi heboh di Amerika Serikat! Lagi apa dia? Pegang apa dia?Siapa dia?" tanya Hotman.
Sembari bercanda, Hotman bahkan mencurigai pria tersebut.
"Jangan-jangan ini Lae Poltak yang dulu di cililitan atan Mas ... yang dulu merantau ke New York," tulisnya.
Menjawab kebingungan Hotman, para netizen pun memberikan reaksi.
"Klarifikasinya disebut adalah pria yang naturalisasi Amerika kelahiran di Jawa. Jika salah bisa ditinjau ulang," tulis @agustin_situmorang.
"Sudah klarifikasi lahir di Indonesia tapi warga negara Amerika," tulis @bundanyanuke.
"Dia nggak menjarah om. Sudah ada berita terkait. Dia warga negara USA tapi lahir di Jawa," tulis @mel_piezieyui.
"Dia warga AS om tapi lahir di Jawa," tulis @hamzahnurirfan.
"Iye Lae Poltak itu amang," tulis @darnencymarbun.
Source | : | Instagram/@hotmanparisofficial |
Penulis | : | Winnieati Sutanto Putri |
Editor | : | GridFame Editorial |
Komentar