GridFame.id - Sejak suaminya dipenjara, Nora Alexandra terus jadi sorotan publik.
Mantan istri Aliff Alli Khan ini bahkan seolah menjadi incaran para haters.
Mereka yang tak suka pada Jerinx seolah menumpahkan kekesalannya pada Nora Alexandra.
Bahkan, Nora kerap mendapat tudingan yang tak pantas dari warganet.
Padahal, seperti diketahui Nora Alexandra adalah salah satu orang yang paling setia mendampingi Jerinx.
Baca Juga: Nora Alexandra Sibuk Urusi Kasus Suami Barunya, Aliff Alli Khan: 'Jangan Pamer, Talk Less'
Pemilik nama lengkap I Gede Ari Astina ini tengah tersandung kasus pencemaran nama baik.
Sudah hampir 1 bulan ini Jerinx berada di balik jeruji besi karena kasus ujarannya menuding Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Meski Jerinx yang terlibat kasus, berbagai cibiran malah muncul di media sosial Nora.
Nora bahkan dituding tak pedulikan suami di penjara hingga disebut sudah jadi janda.
Lantaran kini sendiri, banyak netizen merasa kasihan dengan Nora.
Namun, rasa kasihan tersebut bernada ejekan yang membuat hatinya sakit.
Salah satu yang paling menyakitkan bagi Nora, dirinya disebut sudah menjadi janda.
Mantan istri Aliff Alli ini menerangkan apa saja jenis komentar buruk diterimanya saat Jerinx di penjara.
"Contoh kecil ledekan kalian ke saya: kasian matanya sembab, syukurin suaminya dipenjara, malamnya tanpa suami ya, gimana rasanya jadi janda sekarang. Itu comment yg masih saya ingat, btw saya bukan janda, suami saya masih hidup, kami terpisah sementara jadi jangan seenaknya bicara!" tulis Nora beberapa hari lalu.
Diejek telah jadi janda, Nora Alexandra pun kini kembali mendapatkan surat dari sang suami.
Jerinx mengirimi Nora surat dari balik jeruji besi.
Meski terpisah tempat dan tak bisa bersama, romansa cinta di antara mereka nampaknya tak pernah luntur.
Jerinx seolah semakin dimabuk asmara dan bertumpuk rindu pada sang istri.
Ia pun menyampaikan surat penuh cinta dengan kata-kata nan puitis.
"Rutan Polda Bali 7 September 2020
Terima kasih ketersesatan, tanpamu kita tak akan pernah ada. Dipertemukan kala usia kita terpantul terbalik satu sama lain dalam refleksi sebuah cermin. Kananku menjadi kirimu, demikian pula sebaliknya. Tanpa rencana semua terjadi layaknya sungai di musim hujan, yang meski sesekali terhalang bebatuan kita terus maju ke depan. "Pasangan kita adalah cerminan kita" dan itulah yang kini terjadi sembari ku harap ini semua akan abadi. Kita tercipta oleh gelap dan pemerlap. Terjabak di ruang antara dan dibekali kompas usang yang sudah kehilangan jarumnya.
Tersesat dalam memaknai bahagia, hingga kerinduan akan hangatnya makan malam keluarga, alasan untuk pulang, serta kenyamanan dalam memutuskan apa yang kita sepakati sebagai "rumah" tergantikan oleh amarah, kehampaan dan keterputusasaan," tulis Jerinx pada suratnya.
Surat cinta dari Jerinx ini pun dibagikan di Instagram Nora pada Jumat (7/9/2020) malam kemarin.
Meski berbeda usia hampir 20 tahun, Jerinx seolah mengungkap semsta mendukung dan mepersatukan mereka.
"Namun ketersesatan yang direstui semesta bisa menjelma menjadi anugerah. Tanpanya kita tak akan berjumpa. 24 dan 42. Tat Twam Asi. Nerakamu adalah medan tempurku, surgaku adalah rumah abadimu. Tangis, darah, dan air mata itu nyata hingga aku bersumpah tak pernah ada yang sepasti sekaligus sekebetulan ini dalam hidupku. Sebuah maha karya skenario yang tak mampu kita bahasakan secara biasa-biasa saja," ujarnya.
Walau banyak halangan dan rintangan, namun mereka kini tetap dipersatukan dalam ikatan pernikahan.
Seolah tak ada yang bisa memisahkan pasangan ini.
"Langit manusia menghujani kita dengan jarum-jarum perdadabannya, namun dalam kesakitan dan ketersesatan kita menemukan cara memurnikan serta membersihkannya, lalu dipasanglah ia kompas usang kita. Jalan menuju pulang ke rumah yang kita sayangi pun kini semakin tenang dan jelas adanya.
Terima kasih ketersesatan, atas nama gelap dan gemerlap kini kami sudah hampir tiba di gerbang bahagia.
Sampai jumpa di rumah, sayangku. Dari suamimu...
JRX," pungkasnya.
Source | : | |
Penulis | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Editor | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Komentar