GridFame.id - Perpisahan Maia Estianty dan Ahmad Dhani hingga kini masih saja kerap menjadi bahan pembicaraan publik.
Apalagi Maia mengaku jatuh bangun berkali-kali sampai akhirnya pengadilan memutuskan dirinya resmi bercerai.
Ia juga harus menelan pil pahit hidup terpisah dari tiga anaknya, Al, El dan Dul yang saat itu masih kecil.
Meskipun kini sudah kembali berkeluarga lagi, Maia rupanya tak pernah bisa melepas bayang-bayang Dhani dari hidupnya.
Hal ini lantaran wajah dan sifat ketiga anaknya memiliki kemiripan dengan sang ayah, Ahmad Dhani.
Walaupun begitu, Maia mengaku sudah mengubur dalam-dalam kenangan manis dan pahitnya saat masih bersama Dhani.
Baru-baru ini ia malah sampai membuat putra bungsunya terpancing amarah saat membahas soal mantan.
Hal ini diketahui dari tayangan YouTube Maia Al El Dul Fam TV yang diunggah (02/10).
Membahas soal mantan, Maia mengaku memiliki banyak mantan, termasuk mantan teman kerja.
Hal itu seolah menyiratkan dirinya tengah menyindir Mulan Jameela yang disebut-sebut menjadi orang ketiga rumah tangga dengan Dhani.
"Banyak kalau aku, mantan partner ya kan, banyak nih. Mantan pekerja bareng, ditipu mulu eike dulu," tutur Maia Estianty.
Maia lantas ditantang untuk membuat lirik lagu dengan kata dasar mantan diiringi petikan gitar Mawang.
"Buanglah mantan pada tempat sampahnya!" seru Maia Estianty yang membuat Al dan Dul tertawa.
"Eh iya ya?" tanya Maia ragu.
"(Pada) tempatnya," timpal Al.
"Iyakan buanglah pada tempat sampah," sahut Maia Estianty.
Mendengar ucapan Maia, Dul Jaelani langsung memberikan kalimat telak yang membuat sang bunda terdiam sejenak.
"Oh jadi ayah dibuang ke tempat sampah gitu maksudnya?" tanya Dul.
"Tuh kan, aku enggak ngomongin ini," tutur Maia menjelaskan.
"Aku cuma pengen ngomong buanglah mantan pada tempatnya. Buanglah mantan pada tempat sampahnya," terang istri Irwan Mussry itu.
Dul lantas terkekeh mendengar Maia tak ingin anaknya salah paham dengan ucapan yang ia lontarkan.
Source | : | YouTube |
Penulis | : | Nindy Nurry Pangesti |
Editor | : | GridFame Editorial |
Komentar