"Jadi itu yang menopang sampai atas lah struktur pondasi, kaget kita. Adain meeting mendadak ada arsitek perwakilan sama MK, akhirnya kita calling mandornya 'kok bisa beli 250 harusnya 300?'," jelasnya.
"Kalo gak kuat kan bisa rubuh. Kita tanya jawabannya juga kata mandornya '250 juga udah kuat'. Bingung gue. Sudah ada gambar struktur segede bagong, kita juga bayarnya mahal kagak diikutin. Mau jadi apa ini (rumah). Stres!" tambahnya kesal.
Pak Slamet, sopir pribadi Baim Wong bahkan ikut prihatin melihat nasib rumah yang seharusnya sudah hampir selesai dibangun itu.
"Kapan kelarnya? Berdiri tiang aja enggak ada, setengah tahun, ini digeletakin aja enggak diberdiriin," ucap Pak Slamet.
"Makanya, kalo beton katanya masih bisa diakalin. Yang gak bisa itu tukangnya, seminggu 25 juta. Ada 39 orang seharinya 150 ribu. Itungin aja," ucap Baim Wong.
"Aduh pusing banget gue, begini-begini mulu kapan bisa tinggal di sini. Berapa uang yang sudah keluar ya sudahlah, walaupun nyesek juga jadi pelajaran aja," sambungnya.
Jika ditotal selama 8 bulan, Baim Wong sudah merogoh 600 juta hanya untuk membayar tukang tapi pondasi rumah tak juga jadi.
"Gilakk mahal banget, gila-gila gila. Semua teman-teman saya kasihan sama saya. Pada neleponin saya, kasihan katanya 8 bulan masak begini doang Im. Mereka mau bantu, baik-baik banget temen-temen saya ya," pungkasnya.
Source | : | YouTube |
Penulis | : | Nindy Nurry Pangesti |
Editor | : | Nindy Nurry Pangesti |
Komentar