Fahmi Aditian sendiri merupakan salah satu pasien Covid-19 dengan gejala berat sehingga ia sempat berpikir tak akan selamat.
Bahkan Fahmi harus rela dilap dan diambil darah setiap pukul 05.00 WIB pagi hingga kulitnya bengkak-bengkak.
Selama 10 hari berjuang antara hidup dan mati mealwan Covid-19, Fahmi merasa mentalnya terganggu.
Pasalnya tak ada satupun anggota keluarga yang boleh menjenguk sehingga ia berpikir akan meninggal sebatang kara.
"Mentalnya keganggu. Ini gue sakit enggak ada yang nemenin. Keluarga, teman- teman enggak ada yang jenguk,” ujar Fahmi.
“Ini gimana meninggalnya, meninggalnya sendirian. Aku sudah mikir aneh-aneh di situ (di ruang ICU),” jelasnya.
Berat badan Fahmi pun turun 12 Kilogram, hingga akhirnya ia bangkit berkat dukungan tim medis di rumah sakit.
"Di situ kekeluargaan aku dapat banget di ruang ICU. Aku ngerasa punya keluarga baru di sana. Mereka baik banget," pungkasnya.
Kini sudah dinyatakan negatif Covid-19, Fahmi merasa perlahan mulai pulih dan bisa kembali beraktifitas.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Nindy Nurry Pangesti |
Editor | : | Nindy Nurry Pangesti |
Komentar