GridFame.id - Industri musik tanah air telah membesarkan ribuan nama-nama baru.
Salah satu yang menambah daftar panjang musisi bertalenta adalah ajang pencarian bakat Indonesian Idol.
Banyak penyanyi kondang tanah air merupakan jebolan dari ajang pencarian bakat Indonesian Idol yang digelar dari tahun ke tahun.
Salah satunya adalah Kamasean Matthews, penyanyi muda cantik yang jadi runner up Indonesian Idol 2012.
Gagal mengalahkan Regina Ivanova, Kamasean bak menghilang ditelan bumi di tengah puncak karirnya.
Tak banyak yang tahu ternyata Kamasean diam-diam mengidap penyakit mematikan.
Bahkan nyawa pelantun lagu Kau Satu-Satunya Harapan itu nyaris tak tertolong.
Nasib penyanyi menghilang saat naik daun, kabarnya kini baru cerita idap penyakit mematikan.
Ya, penyanyi cantik yang dimaksud di sini adalah Kamasean Matthews.
Apakah Anda masih ingat dengan penyanyi yang satu ini? Kamasean Mattews merupakan penyanyi jebolan ajang pencarian bakat Indonesian Idol.
Nama Kamasean Matthews sangat dikenal saat menjadi runner up Indonesian Idol 2012.
Bahkan saat itu ia digadang akan menjadi bintang besar di dunia hiburan tanah air.
Namun ternyata tak sesuai harapan, ia menghilang saat sedang naik daun.
Masih ingat dengan penyanyi jebolan Indonesian Idol 2012, Kamasean Matthews?
Ya, nama Kamasean Matthews mendadak hilang ditelan bumi usai menjadi runner up dalam ajang Indonesian Idol itu.
Tak seperti penyanyi Indonesian Idol yang lain, Kamasean Matthews justru menghilang dari dunia hiburan meski pamornya sudah dikenal seantero negeri.
Setelah lama tak ada kabar, Kamasean Matthews baru-baru ini kembali memunculkan wajahnya di layar kaca.
Kamasean Matthews membeberkan kisah hidupnya beberapa tahun terakhir yang jarang tersorot kamera.
Dikutip Grid.ID dari video unggahan Youtube TRANS TV Official, Selasa (20/7/2021), Kamasean Matthews berbagi kabar terbarunya.
Ternyata, Kamasean sempat mengalami penyakit serius pada tahun 2017 silam.
Tak cuma setahun, Kamasean menderita penyakit di dalam tubuhnya selama 3 tahun.
"Jadi aku tuh sebenernya udah tahu ada kista tuh 2017, jadi 2017 sampai 2020 (ada kista), 3 tahun," ujar Kamasean.
Kamasean menuturkan penyakit kista itu sudah diketahuinya sejak tahun 2017 dengan kondisi yang memprihatinkan.
"Aku pertama kali didiagnosa itu 2017, ada dua kanan kiri. Yang satu 6 cm, yang satu 8 cm. Waktu itu dokter bilang disuruh operasi, cuma aku nggak ngerasa ngeganggu," tutur Kamasean.
Diagnosa kista tak jadi ketakutan baginya, Kamasean memutuskan untuk tidak melakukan operasi atas penyakitnya itu.
"Mensnya waktu itu normal, nggak ada sakit atau apa, jadi nggak usah lah. Ya udah kalau nggak mau dioperasi, nggak boleh makan ini ini ini," imbuh Kamasean.
Menolak dioperasi, Kamasean rela menuruti anjuran dari dokter soal konsumsi makanan sehari-hari.
Sayangnya, Kamasean justru mengalami kesakitan yang luar biasa setelah menjalani hidup sesuai aturan dari dokter.
"Aku nggak boleh makan ayam broiler, nggak boleh makan apapun yang ada kedelainya.
Nah justru 2017 itu sampai tahun-tahun berikutnya dengan ngikutin saran dokter kok aku mens makin sakit," jelas Kamasean.
Kamasean juga menyadari perubahan tubuhnya yang semakin menggendut, khususnya pada area kistanya muncul.
"Awalnya aku nggak mau operasi masih, 2020 awal perut aku gede banget, kayak lagi hamil 4-5 bulan gitu, awalnya aku (kira) menggendut aja kali," tambah Kamasean.
Saat dicek ke dokter, ternyata kondisi kista dalam tubuh Kamasean sudah mengkhawatirkan.
"Ternyata nggak, ini kok keras. Aku cek lah ke dokter, (kista) membesar, kista yang sebelah kanan udah 28 cm dan udah sampai atas hampir neken paru-paru," beber Kamasean.
Alhasil, Kamasean menjalani operasi pada tahun 2020 untuk pengangkatan kista dalam rahimnya.
"Dokter bilang, 'Bu, ini harus dioperasi, kalau nggak nanti nggak bisa napas'," tukas Kamasean.
Artikel Ini Telah Tayang Sebelumnya di TribunMedan.com dengan Judul "Nasib Penyanyi Menghilang saat Naik Daun, Kabarnya Kini Baru Cerita Idap Penyakit Mematikan"
Source | : | Tribunmedan.com |
Penulis | : | Nindy Nurry Pangesti |
Editor | : | Nindy Nurry Pangesti |
Komentar