GridFame.id - Biodata Max Armand kini sedang jadi sorotan.
Biodata Max Armand ini ternyata sangat menarik untuk dikulik.
Biodata Max Armand mengungkap perjalanan bisnisnya yang dikabarkan tak habis 10 turunan.
Max Armand sendiri merupakan mantan suami Jennifer Jill yang telah lama meninggal dunia.
Namun ternyata Max Armand bukan orang sembarangan.
Berikut profil singkat mantan suami Jennifer Jill dengan segudang bisnisnya.
Maxwell Armand Oktoselja atau biasa dikenal Max Armand.
Maxwell Armand memutuskan untuk menikah dengan Jennifer Jill pada tahun 1994.
Pernikahan mereka dikaruniai tiga orang anak yaitu Philo Paz Armand, Jethro Jevo Armand, dan Abisya.
Philo Paz Patrick adalah pembalap GP 2 yang sempat jalin hubungan dengan Steffi Zamora.
Sementara putra keduanya, Jethro Jevo Armand berprofesi sebagai pembalap gokart.
Max Armand sendiri merupakan mantan pembalap gokart nasional.
Ia juga memimpin beberapa perusahaan besar salah staunya adalah PT PT Asmina Koalindo Tuhup.
Selain moncer di dunia otomotif, Maxwell juga memiliki ketertarikan untuk mengelola bisnis batu bata.
Tak puas sampai situ saja, Maxwell juga memiliki bisnis tambang yang kini dikelola oleh Jennifer Jill dan anak-anaknya.
"Terus banyak kerja sama sama temannya yang banyak sekali berhubungan dengan tambang. Ada lah beberapa yang sudah dia tanam, anak-anak mulai (mengelola),” kata Jennifer Jill diambil dari tayangan Hotman Paris Show yang dikutip melalui Surya.co.id.
Dalam tayangan itu pula, Jennifer mengiyakan bahwa kekayaannya tak habis 7 turunan bahkan 10 turunan.
Info yang beredar, Max Armand juga memiliki pesawat pribadi.
Namun, kabar yang beredar beberapa bisnis suami pertama Jennifer Jill itu mengalami kebangkrutan.
Dikutip dari GridHot.id, pada awal tahun 2020, PT Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk dinyatakan bangkrut hingga harus ditendang dari Bursa Efek Indonesia.
Ketika itu, dalam keterbukaan informasi yang disampaikan manajemen perusahaan, kinerja keuangan 2018 justru “terjun bebas” dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Dalam keterbukaan informasi pada Selasa (11/2/2020), Borneo Lumbung Energi mencatatkan kerugian sebesar US$ 46,59 juta pada 2018, turun drastis dari perolehan laba bersih sebesar US$ 34,32 juta pada 2017.
Penurunan laba tersebut disebabkan berkurangnya secara drastis pendapatan bersih perusahaan dari US$ 241,7 juta menjadi US$52,7 juta.
Di sisi lain, jumlah kewajiban naik tipis dari US$1,7 miliar menjadi US$ 1,72 miliar. Sedangkan aset justru turun dari US$ 989 juta menjadi US$ 957 juta.
Kinerja nan tak moncer ini juga yang jadi pertimbangan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (20/1) resmi menghapus pencatatan sham PT Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk (BORN).
Perusahaan tambang terintegrasi itu dinyatakan delisting per Jumat (17/1) atau emiten pertama yang dihapus pencatatannya dari bursa pada tahun ini.
Pengumuman potensi delisting ini diikuti oleh pengumuman penghapusan pencatatan pada 10 hari kemudian.
Berdasarkan keterbukaan informasi yang dirilis BEI, penghapusan saham BORN menyusul penghentian perdagangan saham (suspend) Borneo sejak 4 Mei 2015.
Penghentian perdagangan saham kembali diberlakukan di pasar negosisi pada 9 Mei 2019.
Source | : | GridHot.ID,SURYA.co.id |
Penulis | : | Ayudya Winessa |
Editor | : | Miya Dinata |
Komentar