Karena Bella sempat dimusuhi oleh situasi apalagi orang tuanya sempat tak merestui hal tersebut.
“Dimusuhi kan situasi ya, tapi kan batin, hati, cinta, kepala, isi kepala orang tua itu kan tidak membenci kita. Cuman pada saat tersebut, saya sudah punya keyakinan 50 persen itu, bahwa dalam rumah tangga saya aja mereka satu, tidak ada perbedaan,” tuturnya.
Ia takut anaknya bakal merasa kebingungan jika orang tuanya berbeda agama.
Sebagai orang tua, ia harus memiliki pondasi yang kuat untuk rumah tangganya agar sang anak tidak mendua nantinya.
“Anak-anak juga menjadi mendua, bingung. Sekarang ini saya baru memahami setelah anak-anak sudah besar, kalau kita tidak punya tidak punya pondasi yang kuat sebagai orang tua enggak satu, mereka belum punya permasalahan seperti kita, mereka enggak akan menjadi kuat,” pungkas Bella Saphira.
Apalagi ia lahir dan tumbuh besar dididik oleh seorang perwira.
Ia sudah diajarkan jika dalam rumah tangga harus ada satu kesatuan agar tidak goyah nantinya.
Kenapa saya berpindah keyakinan, saya lahir, tumbuh besar dididik oleh seorang perwira, kakek saya juga perwira juga. Jadi dalam rumah tangga itu satu kesatuan itu adalah harus, nahkodanya si ayah, si ibu ini navigator. Kalau rumah, ayah itu atap, ibu itu tiangnya, jadi ibu itu empat kaki harus kuat, ayah itu menaungi kita, dan itu harus sama, seiya sekata,” kata Bella Saphira.
Source | : | gRID |
Penulis | : | Marcel Mariana |
Editor | : | Nindy Nurry Pangesti |
Komentar