“Sangat kecil kemungkinan terjadi. Hal ini dikarenakan diamater awan Cumulonimbus yang menghasilkan hujan seperti pada video umumnya memiliki diameter beberapa puluh hingga ratusan kilometer,” ujar Ririn, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (2/11/2021).
Dia mengatakan, hujan umumnya terjadi ketika awan sudah cukup matang dan jika proses kondensasi pada awan cukup kuat. Saat demikian, maka akan terjadi hujan dengan intensitas sedang-lebat yang mana cirinya diameter buliran besar pada area yang luas.
Adapun jika hujan dari awan Comulonimbus dengan cakupan yang tidak luas, ketika menghasilkan hujan lebat maka akan ditemukan hujan dengan intensitas ringan yang ditandai dengan butiran lebih kecil di paling tidak satu sisi hujan dengan intensitas yang lebat.
“Kondisi tersebut tidak ditemukan pada video yang beredar karena hujan yang jatuh pada area cakupan sempit dan intensitas lebat (tidak ada satupun sisi yang menunjukkan intensitas hujan ringan),” ujar dia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Miya Dinata |
Editor | : | Miya Dinata |
Komentar