Saat itu, UI mencanangkan kewajiban dosen full time di kampus.
Alhasil, ia lebih memilih meninggalkan jabatan dosen dan serius menggarap Puspita Record.
Di Puspita Record, tugas Harry adalah menggandakan kaset.
Di luar rekaman musik, peluang bisnis pertama yang ia garap adalah merekam dan menggandakan isi presentasi seminar Network 21 (Amway).
Melihat acara seminar Network 21, Harry melihat peluang lain, yakni bisnis penyelenggara acara atau event organizer (EO).
Ia lantas mendirikan Harry Kiss Production dengan proyek awal menggarap pertemuan para agen yang bergabung dalam Network 21.
Agar lebih konsentrasi di bisnis barunya itu, pelan-pelan, Harry melepas Puspita Records.
Masukan dan kritik dari klien soal kualitas tata suara panggung selama menjadi EO mendorongnya untuk terjun ke bisnis perlengkapan tata suara.
Namun saat itu, harga sound system impor cukup mahal. Alhasil, ia berusaha membuat produk lokal dengan kualitas tinggi.
Harry lantas belajar dari ahli yang tahu suku cadang dan material alat musik berkualitas seperti MeyerSound.
Source | : | Tribun News |
Penulis | : | Lena Astari |
Editor | : | Lena Astari |
Komentar