Sebagian gelaran wayang tersebut juga menceritakan di mana wayang Ustadz Khalid Basalamah bertemu dengan Pekerja Seks Komersial (PSK) di sebuah lokalisasi.
Dalang yang memainkan wayang Ustadz Khalid langsung memeluk karakter PSK tersebut dan berkata “Ah sunnah rasul,”
“Jangan segitu dong,” sahut karakter PSK tersebut. “ Ana bawa lima real, masak tidak bsia,” jawab wayang Ustadz Khalid.
“Ya jangan segitu, masak lima real, saya kerja dari pagi samapai ini belum dapat ini,” sambung PSK tersebut.
Setelah debat lama, akhirnya diceritakan wayang Ustadz Khalid menyetujui untuk memberikan harga lebih ke PSK tersebut.
Saya kasih peningkatan. InsyaAllah tidak jadi saya musnahkan, kita ijab qabul,”
Adegan berikutnya juga tampak wayang Ustadz kahlid diamuk Prabu Bolodewo yang dimainkan sang dalang.
“Rumangsamu Bolodewo bantenge tanah Jowo arep mbok usik-usik. Amardhikane arep mbok ganggu cangkemu iki cangkem opo," kata dalang dalam video singkat tersebut
“Yen kowe ra seneng wayang ra sah kakean cangkem kowe. Rumangsamu arep dadi opo kowe. remuk-remuk, ayo diremuke," ujar dalang melanjutkan
Baca Juga: Ternyata Kuburan Boleh Dibongkar Kembali Dengan Catatan Seperti Ini! Simak Penjelasan Buya Yahya
Ustadz Khalid Basalamah banjir dukungan warganet
Sementara itu, banyak warganet yang memberikan pujian dan dukungan kepada Ustadz Khalid Basalamah.
Terlihat beberapa komentar yang dilayangkan di media sosial di mana mereka mendukung dakwahnya mengenai wayang beberapa waktu lalu.
@Sug*******: Panen pahala utk Ustadz Khalid, semoga Alloh swt meridhoi dakwah beliau
@bac******: Masya alla, alhamdulillah. Dengan adanya video ini jadi semakin teguh di atas sunnah, semakin yakin dgn manhaj salaf. Semoga allah jaga selalu Ustadz Khalid Basalamah
@Mik*******: Masyaallah…semakin Yakin dakwah Ust Khalid di atas haq.. semoga Ust Khalid panen pahala Amin
@Ighu****: Alhamdulillah…Dengan video ini org semakin paham yg mana mesti dia ikuti.. Semoga ustad khalid basalamah slalu diberikan kesehatan
Source | : | YouTube,Twitter |
Penulis | : | Nabilah Hermawati |
Editor | : | Nindy Nurry Pangesti |
Komentar