GridFame.id -Dua minggu jelang lebaran, harga daging sapi mengalami kenaikan.
Idul Fitri sendiri kemungkinan jatuh pada tanggal 2 Mei 2022.
Muhammadiyah sudah memutuskan jika Idul Fitri jatuh di tanggal 2 Mei 2022.
Sementara untuk pemerintah, pihak MUI mengatakan kemungkinan bakal sama dengan Muhammadiyah.
Seperti biasa untuk permintaan daging bakal mengalami peningkatan.
Tingginya permintaan konsumen juga diiringi kenaikan harga daging sapi.
Kenaikan harga daging sapi itu bahkan dialami oleh beberapa daerah.
Seperti DKI Jakarta dan sekitarnya, terus naik, menjadi sekitar Rp 145.000 per kilogram.
Baca Juga: Tambah Beban Ini 13 Golongan yang Mengalami Kenaikan Harga Listrik Siap-Siap Tagihan Bengkak!
Para pedagang menilai ada peningkatan permintaan menjelang Idul Fitri tahun ini, tetapi mereka berharap stok daging tetap terjamin.
Terkait itu, pemerintah memastikan ketersediaan, termasuk dengan memberi alternatif daging kerbau beku.
Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional yang dimutakhirkan Jumat (15/4/2022), DKI Jakarta menjadi provinsi dengan harga daging sapi kualitas 1 tertinggi, yakni mencapai Rp 152.500 per kilogram (kg), lalu diikuti Aceh, Kepulauan Bangka Belitung, Riau, dan Jawa Barat. Adapun rata-rata nasional harga daging sapi per Kamis (14/4/2022) mencapai Rp 134.200 per kg.
Sementara menurut Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan, harga rata-rata nasional daging sapi paha belakang, per Kamis (14/4/2022), mencapai Rp 132.400 per kg. Angka itu meningkat 2,32 persen dibandingkan dengan harga bulan lalu, yakni Rp 129.400 per kg.
Sekretaris Jenderal DPP Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Mujiburohman saat dihubungi, Jumat (15/4/2022), membenarkan bahwa harga daging segar di pasar tengah naik.
Menurut dia, para pedagang rata-rata menjual daging sapi dengan harga Rp 145.000 per kg. Selain stok yang terbatas, harga daging sapi hidup pun naik dan menyebabkan meningkatnya belanja pedagang.
”Prinsipnya, selama stok melimpah, pedagang pasar masih senang (harga tinggi). Namun, yang jadi masalah jika ketersediaan menipis sementara kebutuhan masyarakat meningkat sehingga harga naik,” kata Mujiburohman.
Baca Juga: Harga Pertalite dan Solar Disebut Naik Ini Penjelasan Pertamina
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ayudya Winessa |
Editor | : | Nindy Nurry Pangesti |
Komentar