GridFame.id- Kaki seribu masuk rumah pertanda apa? Simak penjelasan lengkapnya dalam ulasan ini.
Arti pertanda kaki seribu masuk rumah harus diwaspadai karena bisa jadi memiliki makna mengerikan.
Apa Anda merasa terganggu dengan kehadiran kaki seribu masuk rumah? Karena bisa jadi ini adalah tanda yang harus diwaspadai.
Beberapa orang menganggap adanya kaki seribu masuk di dalam rumah adalah pertanda yang tidak bisa dianggap sepele.
Kita tahu kaki seribu adalah hewan yang sering sekali ditemukan di pekarangan rumah dan memakan sampah dan sayuran busuk.
Sesekali kaki seribu juga sering masuk ke dalam rumah dan mengganggu kenyamanan para penghuni.
Namun tahukah Anda tak hanya mengganggu ternyata kaki seribu masuk rumah memiliki arti tersendiri.
Baik dalam pandangan Islam atau kepercayaan orang dulu, kaki seribu yang masuk rumah dianggap membahayakan.
Salah satu alasannya karena hewan kaki seribu dipercaya sebagai media perantara santet tingkat tinggi yang membawa dendam.
Dikutip dari berbagai sumber, menurut Islam kaki seribu adalah tunggangan atau perantaran santet tingkat tinggi.
Kabarnya, ada orang jahat yang memiliki dendam dan berencana untuk mengganggu Anda sekeluarga di rumah.
Dengan hadirnya kaki seribu masuk rumah diharapkan penghunina akan merasa banyak kejanggalan
Hal yang sama juga diungkap Mbah Firman dalam Kanal Youtube pribadinya seperti dikutip.
“Lipan dan kaki seribu adalah tunggangan santet tertinggi dalam Ilmu Hitam,” jelasnya.
Dari keterangannya jika seseorang didatangi kaki seribu atau lipan dan berhasil masuk dalam rumah maka omilik akan terkena santet dan hal-hal aneh.
Selain media santet, ada juga arti kaki seribu masuk rumah ini dikhawatirkan sebagai jelmaan jin atau siluman.
Menurut Primbon jawa, kaki seribu adalah perwujudan dari jin atau siluman, apalagi melihat hewan ini suka berada di area lembab dan sudut rumah.
Dalam pandangan Islam juga ada yang menyebt hal demikian bahwa hewan melata ini bisa merupakan perwujudan jin yang mengubah wujudnya.
Source | : | Youtube |
Penulis | : | Nabilah Hermawati |
Editor | : | Nindy Nurry Pangesti |
Komentar