Bocornya plasma pada pasien juga bisa menyebabkan syok hipovolemik (sindrom syok dengue). Akibatnya, pasien akan kehilangan banyak cairan meski sudah banyak minum atau mendapatkan cairan infus.
Jika sudah mencapat tahap ini, sistem organ akan gagal menjalankan fungsinya sehingga mengakibatkan kematian.
Cara cegah kematian akibat demam berdarah
Kematian akibat demam berdarah bisa dicegah dengan penanganan yang tepat dan cepat. Oleh karena itu, diperlukan deteksi dini untuk mencegah kematian akibat demam berdarah.
Selain memberikan tambahan cairan lewat infus, dokter biasanya juga dapat melakukan transfusi darah untuk mengganti darah yang berkurang, serta memonitor tekanan darah pasien.
Menurut laman SehatQ, bocornya plasma darah pada pasien demam berdarah biasanya terjadi di fase kritis.
Ada tiga fase yang dialami pasien demam berdarah, yakni fase demam, fase kritis, serta fase penyembuhan.
Fase kritis tersebut berlangsung menjelang akhir fase demam antara hari ke tiga hingga tujuh. Pada fase kritis, penderita bisa membaik atau memburuk. Untuk mencegah komplikasi serius, pasien dengan jumlah trombosit yang menurun sebaiknya segera dirawat di rumah sakit. Sebaiknya, pasien dirawat di rumah sakit pada hari ketiga hinga ketujuh sejak muncul demam meski demam sudah mereda.
Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan perawatan intensif untuk mencegah kebocoran plasma darah, pendarahan, tekanan darah rendah dan gangguan fungsi organ. Saat di rawat di rumah sakit, dokter juga akan memberikan tambahan cairan lewat infus dan melakukan transfusi darah untuk mengganti darah yang berkurang, serta memonitor tekanan darah pasien.
Tanda-tanda peringatan demam berdarah yang parah
Source | : | tribunnews,wikipedia,Sonora.id |
Penulis | : | Miya Dinata |
Editor | : | Miya Dinata |
Komentar